Jangan Ceritakan Mimpi Burukmu, Ini Alasannya !

mimpi adalah pegalaman bawah sadar yang melibatkan penglihatan, pendengaran, pikiran, perasaan, atau indra dalam tidur. kejadian dalam mimpi biasanya mustahil terjadi dalam dunia nyata, dan di luar kuasa pemimpi. pengecualianya adalah mimpi dalam yang di sebut lucid dreaming. mimpi terjadi pada tahap kecepatan penggerakan mata ketika tidur, yaitu ketika aktivitas otak tinggi dan seolah-olah dalam keadaan terbangun. panjangnya mimpi bervariasi, minimal beberapa detik hingga sekitar 20-30 menit. pendapat mengenal makna mimpi bervariasi berdasarkan waktu dan budaya. sedangkan mimpi menurut islam itu ada tiga. mimpi baik yang merupakan kabar gembira dari Allah, mimpi karena bawaan pikiran seseorang (ketika terjaga) dan mimpi menyedihkan yang datang dari setan. jika mimpi suatu yang tidak di senangi, maka jangan kalian ceritakan pada siapapun, berdirilah dan shalatlah “(HR Muslim).  ternyata memang mimpi bisa terwujud menjadi nyata. mimpi yang terwujud menjadi nyata di sebut dengan mimpi prekogatif (precognitive dream). ada sebuah penelitian yang menyebutkan bahwa 18%-39% orang pernah mengalami mimpi prekognitif selama hidupnya.

menurut ustadz Adi Hidayat, mimpi dapat di percaya tergantung dari isi mimpi tersebut.  ada mimpi yang datang bukan hanya sekedar bunga tidur, melainkan petunjuk dari Allah SWT. mimpi ini dapat di percaya karena benar adanya dan memiliki suatu makna penting dalam kehidupan. dalam psikoanalisis, freud mengatakan bahwa mimpi muncul ketika seseorang tanpa sadar memenuhi keinginan dan mencoba untuk meredakan ketegangan dengan membayangkan tujuan yang di inginkan. karena di dalam kesadaran, sulit untuk mengungkapkannya

READ  Strategies for Effective Summative Assessment

mimpi yang tidak boleh diceritakan

hanya mimpi-mimpi yang baik saja yang patut untuk di ceritakan. hal ini berdalil dengan Hadist Rasulullah SAW “siapa yang beriman kepada Allah dan Hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik-baik saja atau diam” (HR Bukhari Muslim) demikian juga dalam hal menceritakan mimpi. dalam riwayat Auf Bin Malik, Nabi Muhammad SAW membagi tiga kritia mimpi yang dialami  manusia.

pertama, mimpi buruk atau menakutkan yang datang dari syaitan dan membuat sedih, kedua mimpi yang menggelisahkan seseorang ketika terjaga dan terus terbawa dalam mimpinya ketiga, mimpi yang menjadi isyarat kenabian. (HR Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Majah). secara singkat, hadist dari Abu Hurairah RA menyebutkan, “mimpi itu ada tiga macam; bisikan hati, di takuti setan dan kabar gembira dari Allah” (HR Bukhari).

jika seseorang mimpi pada kategori yang pertama, maka ini tak perlu diceritakan apalagi di tafsirkan. sebagaimana riwayat dari jabir mengisahkan seorang lelaki bertanaya kepada Nabi Muhammad SAW tentang mimpinya semalam ” Ya Rasulullah, aku bermimpi kemarin seakan-akan kepalaku di penggal,bagaimana itu ?” tanya laki-laki tersebut. Rasulullah SAW pun tertawa, seraya bersabda ” Aapabia setan mempermainkan salah seorang dari kalian di dalam tidurnya, maka janganlah dia menceritakannya kepada orang lain ” (HR muslim). demikian juga mimpi kategori yang kedua, mimpi buruk yang selalu teringat bisa jadi pertanda keburukan. maka hendaklah si pemimpin menahan diri untuk menceritakannya kepada orang lainya. adapun mimpi jenis ketiga mengindikasikan kebenaran. mimpi yang baik dan menggembirakan inilah yang patut diceritakan dan mintakan penakwilannya kepada orang saleh, imam malik berpesan tidak seluruh mimpi patut di ceritakan.