PENDAHULUAN
1
2
1.4 Kegunaan
PT. Multimas Nabati Asahan pada tahap pertama di tahun 1996, mulai
mengoperasikan pabrik minyak gorengnya yang berkapasitas 1500 MT bahan
baku crude palm oil (CPO) yang di olah perhari. PT. Multimas Nabati Asahan
mengembangkan usaha dengan menghasilkan produk Speciality Fat pada tahap
pertama di tahun 1998 dengan mengoperasikan pabrik fraksinasi khusus untuk
palm kernel oil (PKO) dengan kapasitas 100 ton perhari didukung oleh lokasi
yang sangat strategis, karena karena berada di daerah perkebunan kelapa sawit
dan juga dengan fasilitas dengan fasilitas dermaga sendiri yang mampu
menyandarkan kapal besar sehingga sehingga kapasitas angkut 35000 MT, dari
tahun ke tahun PT. Multimas Nabati Asahan berkembang dengan pesat. Tahap
perkembangan PT. Multimas Nabati Asahan adalah sebagai berikut:
3
4
18. Maret 2005, start up Filling 220 kg pada pabrik texturing 3 dengan
kapasitas 120 – 130 ton MT / hari.
19. April 2005, start up pabrik refinery 2 dengan kapasitas 400 ton perhari.
20. April 2005, penambahan kapasitas pabrik hidrogenasi menjadi 200 MTD.
21. April 2005, penambahan kapasitas pabrik Hydro gas sebanyak 70 m3
/hari.
22. April 2005, penambahan line pillow pack 1 liter di consumer pack.
23. September 2005, start up palm oil mill dengan kapasitas 60 MT / hari.
24. Oktober 2005, start up pabrik crushing palm kernel dengan kapasitas 550
MT / hari.
25. Februari 2005, start up margarrine plant.
26. June 2007, start up CBE / CBR plant dengan kapasitas 50 MT / hari.
e) Menjamin daya guna dan keseimbangan yang baik dan mempertinggi moril
tugas dan kewajiban dalam linkungan perusahaan.
f) Memelihara tata tertib, hukum atau peraturan, disiplin dan mempertinggi
moril dan lingkungan.
g) Memperhatikan dan menigkatkan kemampuan kerja serta memperhatikan
kesejateraan personil.
h) Memperhatikan, memelihara dan mengawasi kelancaran administrasi
pengamanan dan pelaksanaan tugas secara seimbang.
i) Membuat laporan atau pelaksanaan tugas dan kewajiban.
2.2.2 Sekertaris
Sekertaris mempunyai tugas tanggung–jawab melaksanakan perintah atau
tugas yang di berikan oleh pimpinan perusahaan, membantu pemimpin dalam
pemecahan persoalan perusahaan bila diperlukan. Disamping sekertaris juga
bertugas untuk mencatat hasil rapat (notulen) serta menangani tamu yang datang
dari dalam maupun luar negeri.
Tugas–tugas :
7
4. Menentukan informasi atau data kepada pihak produksi agar proses produksi
dapat berjalan bengan efektif dan efesien.
2. Proses refinery
Proses refinery adalah proses pemurnian minyak nabati secara fisika untuk
mengurangi atau menghilangkan pengotor yang larut dan yang tidak larut dalam
minyak nabati dengan tahapan proses preheating, degumming, bleaching dan
deodorizing untuk menghasilkan produk KBDPO sesuai dengan spesifikasi yang
diterima standar umum kualitas.
a) Preheating
Pertama-tama bahan yang akan digunakan adalah crude palm oil (CPO)
dari tangki penyimpanan CPO (storage tank). CPO dipompakan dengan flowrate
100-125 MT/jam. Temperatur inisial CPO adalah 400 -650˚C umpan CPO
dialirkan melalui strainer yang berfungsi sebagai filter bahan – bahan padat yang
terdapat dalam minyak, kemudian dialirkan melalui system pengembalian panas
(heat recovery system) berupa plate heatexchanger dengan heat transfer dari
RBDPO dan target temperatur 1050C. Selanjutnya umpan dilewatkan melalui
heat exchanger dengan heat transfernya dari steam untuk mendapatkan temperatur
ideal 1100-1300˚C (temperature yang diharapkan untuk reaksi antara CPO
dengan asama pospat).
b) Degumming
Minyak atau bleached palm Oil (BPO) dari hasil filtrasi pada filter Niagara
dialairkan melalui filter cricket yang berfungsi sebagai filter perangkap bleaching
earth yang lolos setelah proses pada filter Niagara. Kemudian minyak dialirkan ke
tangki buffer (BPO tank) sebagai storage sementara sebelum proses lebih lanjut.
Adanya bleaching earth pada minyak dapat mencemari deodorize, mengurangi
stabilitas oksidasi dari produk minyak dan berlaku sebagai katalis untuk aktifitas
dimerizaitiondan polimerisasi, karena itu beberapa koreksi dapat diambil
secepatnya.
d) Deodorizing
Minyak dari tangki BPO dipompakan melalui rangkaian system
pengembalian panas dengan heat transfer dari steam untuk menaikkan temperature
minyak dari 110 – 1350˚C. Kemudian dilakukan penyaringan kembali dengan
filter catriedge untuk menjamin bahwa tidak ada partikel–partikel yang lolos agar
proses deodorizing berjalan lancar. Kemudian minyak dialirkan ke system
pengembalian panas yang berbentuk spiral (spiral heat exchianger) untuk
menaikkan temperatur minyak menjadi 125 – 2400˚C dengan heat transfernya dari
RPDPO. Kemudian minyak disalurkan melalui VHE dengan heat transfernya dari
steam bertekanan tinggi yang dihasilkan dari HP Boiler untuk mendapatkan
temperatur yang sesuai pada proses slanjutnya dimana FFA dan warna dikurangi
dan yang lebih penting menghilangkan bau dan menghasilkan produk yang stabil
yaitu pada temperatur 260˚C. Kemudian minyak panas dialirkan ke prestriper
dalam kondisi vakum. Didalam prestiper terjadi proses deareator yang bertujuan
untuk menghilangkan gas oksisgen yang masih terikut, kemudian di spraikan di
paket kolom. Selain FFA menguap beta karoten juga pecah sehingga warna merah
BPO berubah menjadi warna kuning jernih. FFA yang menguap akan
dikondensasikan dengan FFA yang didinginkan sehingga dihasilkan PFAD dari
paket kolum dialirkan ke deodorizer untuk menghilangkan baunya pada kondisi
13
vacum tinggi, temperatur tinggi dan steam distilasi. Produk bawah dari
deodorizing adalah RBDPO dengan temperature 250 – 2800˚C. Kemudian
dipompakan melalui sistim pengalian panas untuk memindahkan panas ke BPO
yang masuk dengan rendah. Kemudian dialirkan ke drayer untuk menghilangkan
uap air yang terkandung dalam minyak. Kemudian dialirkan ke exchanger dan
memindahkan panas ke umpan CPO yang masuk. Selanjutnya didinginkan dengan
excharger cooler dengan menggunakan air cooling, untuk mendapatkan
temperatur 50 – 800˚C. Kemudian dilewatkan keperangkap Filter Bag, untuk
mendapatkan minyak akhir dan dipompakan ke tangki storage RBDPO/RPO.
1. Proses fraksinasi
Fraksisnasi adalah metode fisik dengan menggunakan sifat kristalisasi dari
trigliserida untuk memisahkan campuran menjadi leleh rendah fraksi cair dan
lebur tinggi fraksi cair. Ada tiga jenis fraksinasi:
1) Fraksinasi kering
2) Fraksinasi deterjen
3) Fraksinasi pelarut.
Dua komponen yang di hasilkan dari fraksinasi minyak kelapa sawit
adalah minyak goring (olein/minyak cair) dan stearin sawit (bentuk padat). Proses
fraksinasi yang dilakukan pada PT Wilrmar nabati asahan indonesia adalah proses
fraksinasi kering (dry fractionation). Dengan pendinginan bahan baku dibawah
kondisi yang dikontrol dengan hati – hati dalam kristalizer kita membuat bubur
kristal stearin lebur tinggi dalam cairan minyak goreng leleh rendah.Ada dua
tahap pada proses fraksinasi kering yaitu:
1) Kristalisasi
Proses Kristaliasi yaitu proses yang dilakukan pada media kristalizer
dengan cara pemasaran RBDPO pada temperatur titik lebur kemudian didinginkan
secara perlahan hingga temperatur leleh rendah sesuai dengan spesifikasi yang
diharapkan sambil diaduk hingga terbentuk butiran – butiran kristal. Media
kristalizer dilengkapi dengan coil water yang berfungsi sebagai pendingin dan
agitator yang berfungsi sebagai pengaduk. Terdiri dari tahap proses sebagai
berikut:
14
a) Heating
RBDPO dari storage tank dipompakan melewati sistem perpindahan panas
(heat exchanger) dengan heat transfernya menggunakan steam untuk mendapatkan
temperatur 650˚C. Sebagai temperatur ideal untuk mencairkan kristal – kristal
yang masih terdapat dalam minyak pada proses sebelumnya.
b) Filling
RBDPO yang keluar dari heat exchanger dialirkan kedalam tanki
kristalizer yang berkapasitas 50 MT. Proses Filling RBDPO berhenti jika level
RBDPO dalam tangki kristalizer mencapai 97% dari kapasitas tangki.
c) Cooling / Fast cooling
RBDPO dalam tangki kristalizer didinginkan dengan menggunakan air
dari cooling tower yang dialirkan melaui coil water yang digunakan adalah 28 –
320˚C. Proses cooling dimulai pada setting temperatur air T1 60˚C. Agitator pada
tangki kristalizer disetting pada putaran 40 HZ, agar temperatur RBDPO dalam
tangki menjadi merata dan homogen. Selanjutnya temperatur air di setting pada
T2 400˚C dan T3 300˚C. Setting temperatur air yang diturunkan secara bertahap
bertujuan agar proses cooling dapat dicontrol.
d) Chilling / slow cooling
Setelah temperatur air cooling mencapai 340˚C, maka air dari cooling
tower digantikan dengan air dari chiller water dengan temperatur 150˚C. Pada saat
ini temperatur RBDPO mencapai 42 – 450˚C.setelah proses pendinginan berlanjut
dan temperatur RBDPO mencapai 380˚C dan temperatur air pada coil water
300˚C, putaran agitator diubah ke low speed yaitu disetting pada putaran 35 Hz.
Bertujuan untuk persiapan pembentukan kristal dan agar kristal tidak rusak akibat
putaran cepat. Pada temperatur RBDPO mencapai 320˚C proses pembentukan
kristal dimulai ( crystal time ). Temperatur air di setting pada T4 290˚C dimana
air pada suhu ini di regulasi untuk pembentukan dan pertumbuhan kristal. Setting
temperatur air pada tahap pembentukan kristal ditentukan sesuai dengan kualitas
produk yang diharapkan. Pada pembentukan kristal ini harus dikontrol dari grafik
yang ada dengan mempertahankan selisih temperature RBDPO dengan temperatur
air tidak lebih dari 20˚C. Jika ada over shoot atau temperatur RBDPO mengalami
15
dengan cara pemberian udara bertekanan melalui ujung line feeding plate
yang akan dikembalikan ke pangkal line feeding filter press. Tahap ini
dilakukan agar jumlah cairan pada fraksi padat dilakukan maka fraksi cair
akan turut jauh bersama fraksi padat ke tangki penampungan fraksi padat.
f. Tahap pemberian udara bertekanan keseluruhan area butiran kristal pada plate
(blowing).
Tahap ini adalah akhir pengurangan kandungan fraksi cair pada butiran kristal
yang telah ditekan sehingga kandungan fraksi cair sangat sedikit pada fraksi
padat yang dihasilkan agar benar – benar kering dari kandungan kristal fraksi
cair.sangat sedikit pada fraksi padat yang dihasilkan. Hal ini dilakukan agar
cake stearine yang dihasilkan agar benar – benar kering dari kadungan kristal
fraksi cair.
g. Preassure release
Preassure release adalah tahap proses pelepasan tekanan agar main cilynder
bisa terbuka karena sudah tidak ada tekanan lagi.
h. Main Cylinder Open
Tahap ini adalah tahap pembukaan plate.
i. Bomb Door Open Delay
Tahap ini adalah tahap penurunan talam pengaman RBDPO yang menetas
agar tidak masuk kebak penampungan steraine atau RPS.
j. Tahap pembukaan / pemisahan plate – plate (opening)
Tahap ini adalah tahap dimana dilakukannya penarikan plate – plate sehingga
terjadi peregangan plate yang mengakibatkan adanya celah – celah anara
plate. Pada saat ini butiran kristal yang telah berbentuk lempengan akan
berjatuhkan kemudian penampungan. Lempengan stearine akan dicairkan
dengan coil pemanas dan seterusnya dipompan untuk ditransfer ke storage
tank.
k. Tahap pembersihan filter cloth (washing)
Tahap ini adalah proses pembersihan filter cloth dari butiran atau cake yang
masih melekat pada filter cloth dengan cara melakukan siskulasi minya pada
temperatur 600˚C dalam total waktu + 40 menit. Waktu perlakuan ini
17
dilakukan sesuai kondisi dari filter cloth. Normalnya dilakukan setiap 30 kali
penyaringan.
l. Peralatan utama proses produksi crystallizer
Adalah unit peralatan yang berfungsi untuk pembentuk padatan stearine
menjadi butiran kristal dengan melalui proses penurunan temperature secara
perlahan dibantu dengan pengadukan oleh agigator yang didasari oleh
perbedaan titik beku.
a. Shaft patah
b. Blade jatuh / bengkok
c. Gear box bermasalah.
3. Control valve
Adalah alat yang berfungsi untuk menindak lanjuti perintah yang
diberikan terhadap komputer melalui recipe yang telah diriset. Perintah yang
ditindak lanjuti adalah perintah penyesuaian setting temperature yang diinginkan
Control valve bekerja dengan aksi bukaan valve 0% sampai dengan 100% agar
temperature dapat tercapai.Masalah – masalah pada control valve:
a. Adanya kotoran pada disc valve
b. Supplay angin tidak baik
18
c. Disc macet
d. RTD tidak akurat.
4. Chiller
Adalah peralatan yang menyuplai air dingin dengan temperatur 70˚C. Air
dingin dipergunakan pada saat proses penurunan temperatur pada crystallizer
dengan temperatur dibawah suhu kamar atau yang biasa disebut proses
chilling.Bagian – bagian dari chilling :
a. Condeser yaitu tabung cell dan tube yang memindahkan panas ke coolilling
tower.
b. Cooler yaitu tabung cell dan tube yang berfungsi mendinginkan aliran air
ditube dengan menggunakan zat pendingin (freon).
5. Filter press
Adalah unit penyaringan butiran kristal yang terbentuk pada proses
kristalizer dengan melalui media filter cloth sehingga fraksi pada dengan cair
terpisah.Bagian – bagian dari filter press:
a. Filter cloth : adalah media penyaringan yang terbuat dari kain khusus dengan
ukuran lubang pori yang khusus pula biasanya lubang pori – pori disebut juga
dengan standart permeability.
b. Plate filter : adalah plate media penampungan dari pada butiran kristal yang
selanjutnya akan dilakukan pengepressan shingga butiran kristal akan
membentuk cake.
1. Water treatment
2. Coongen
3. Genset
4. Power plant
Engineering :
1. Project
2. Fabrikasi
3. Heavy equipment
4. Mechanical
a. Pengurangan absentisme,
b. Pegurangan biaya klaim kesehatan,
c. Pengurangan turnover kesehatan,
d. Peningkatan produktivitas,
Hasil penelitian yang dilakukan oleh wahyu (2006) menunjukkan bahwa
secara individual maupun bersama – sama prongram keselamatan dan kesehatan
kerja.
kebocoran air dalam pipa, display control panel Boiler tidak selurus dengan mata
atau dibawah mata ±0.5 meter, tersandung, letak control panel barner dan blower
tidak selurus dengan mata atau ±0.5 meter.
Nilai resiko yang terjadi pada potensi bahaya kerja di area boiler terdiri
dari 2C, 1D, 1D, 2D, 2E, 5E, 1D, 2D, dan 2D. Kategori resiko yang dominan dari
nilai resiko pada potensi bahaya kerja di area Boiler adalah L atau lowrisk yang
berarti kendalikan dengan prosedur rutin. Potensi bahaya kerja diarea boiler
dengan kategori L menunjukkan masih ada kemungkinan potensi yang ada dapat
terjadi, untuk dapat lebih memperkecil terjadi potensi bahaya kerja perlu
kendalikan prosedur dengan rutin yaitu seperti pengawasan penggunaan APD,
pengawasan terhadap lingkungan dan mesin atau peralatan kerja lain yang dapat
menimbulkan bahaya kerja. Potensi bahaya kerja di area Kompresor yang
teridentifikasi yaitu kebisingan ≥ 85db, temperatur ruangan meningkat 33-350C,
letak pressure control tanki angin tidak selurus dengan mata atau diatas mata ±1
meter, letak control panel tidak selurus dengan mata atau dibawah mata ±0.5
meter, potensi kesulitan pengoperasian panel energi. Nilai resiko dari potensi
bahaya kerja di area Kompresor terdiri dari 2C, 1D, 2D, 2D, dan 1C.
Kategori resiko yang dominan dari nilai resiko pada potensi bahaya kerja
di area Kompresor adalah L atau low risk yang berarti sama seperti di area Boiler
melakukan program pengendalian secara prosedur rutin. Potensi bahaya kerja di
area Train Demin Water teridentifikasi yaitu kebocoran instalasi pipa, letak
pressure control dan control panel tidak selurus dengan mata atau diatas mata ±0.5
meter, display control box tidak cukup jelas dan tidak ada SOP yang tertulis. Nilai
resiko dari potensi bahaya kerja di area Train Demin Water yaitu 2D, 2D, dan 1E,
sehingga kategori resiko yang dominan adalah L yang berarti sama dengan area
Boiler dan Kompresor dikendalikan dengan posedur rutin. Potensi bahaya kerja di
area WWTP yaitu terdiri dari menimbulkan uap yang berbau zat kimia, terjatuh
dari ketinggian ±2 meter dan terpeleset ke dalam kolam ±2 meter, tersandung,
temperatur ruang meningkat 33-350C, kebisingan ≥85db, kelelahan kerja. Nilai
resiko potensi bahaya kerja di area WWTP yaitu 2C, 2E, 2C, 1D, 2C, dan 1E.
Nilai kategori resiko di area WWTP yaitu L dan M. Potensi bahaya kerja di
25
WWTP termasuk dalam kategori low risk dan moderate risk yang berarti selain
dikendalikan dengan prosedur rutin, harus ada penanganan oleh manajemen
terkait untuk lebih memperkecil potensi bahaya yang akan terjadi.
Potensi bahaya kerja yang teridentifikasi di area Filter Press yaitu
temperatur ruang meningkat 33-350C, kurang ≤ lux, merasa kegerahan atau
kepanasan suhu tubuh 33-350C, letak control panel tidak selurus dengan mata
atau dibawah mata ±25 cm, letak pressure control tanki angin terlalu tinggi ±0.5
meter, kesulitan dalam membuka keran tanki angin. Nilai resiko di area Filter
Press yaitu 1D, 2C, 2D, 1C, 2D, 2D, dan 1E. Nilai kategori resiko yang dominan
pada potensi bahaya kerja di area Filter Press yaitu L yang berarti sama seperti
pada potensi bahaya kerja di area Boiler.
Diidentifikasi yaitu tersengat listrik dengan level high direkomendasikan
tanda peringatan dan APD, sesak nafas dengan level low direkomendasikan tanda
peringatan dan APD, kebakaran dengan level high direkomendasikan tanda
peringatan dan APD, jatuh dari ketinggian dengan level high direkomendasikan
engineering control, tanda peringatan dan APD, dan kejatuhan material dengan
level low.
1. Penilaian resiko bahaya kerja dengan HIRA
Tabel 2.1 Penilaian Resiko Potensi Bahaya Kerja
Identifikasi sumber bahaya Penilaian resiko
Program
Kegiatan Potensi Nilai Kategori
Dampak pengendalian
bahaya resiko resiko
resiko
Pengoprasian Kebisingan ≥ Pendengara Menggunakan
dan pengecekan 85 db n terganggu 2C M earmuff
boiler
Pengoperasian Temperatur ID L Membuka pintu
dan pengecekan ruangan Suhu tubuh ruangan
boiler meningkat meningkat
33 – 35ºC
Pengoperasian Karyawan Konsentrasi Menggunakan
dan pengecekan merasa terganggu pakaian anti
boiler kegerahan dan panas
26
atau konsumsi
kepanasan energi
suh tubuh 33 meningkat
– 35º C
Pengoperasian Letak Kelelahan Menggunakan
dan pengecekan pressure pada mata alat bantu
boiler control dan leher
2D L
terlalu tinggi
yaitu 2 – 3 m
dari lantai
Proses team Maintenance pipa
uapuntuk saluran gas secara
Kebocoran Terganggu
pemanasan 2E L berkala dan
gas pernapasan
dalam proses menggunakan
produksi masker
± 0,5 meter
Pengoperasian Tersandung Terluka Merapikan
dan pengecekan kabeldan
boiler memberi rambu
peringatan
Pengoperasian Letak kontrol Kelelahan Menggunakan
dan pengecekan panel barner pada mata, alat bantu
boiler dan blower leher dan
tidak selurus cidera
dengan tulang
mata,dibawa belakang
h mata ± 0,5
Pengoperasian Kebisingan ≥ Pendengara 2C M Mmenggunakan
dan pengecekan 85db n terganggu earmuff
kompresor
Pengoperasian Temperatur Suhu tubuh ID L Membuka pintu
dan pengecekan ruangan meningkat ruangan dan
kompresor meningkat membuat saluran
33 - 35ºC untukangin
panaskeluaran
dari kompresor
Pengoperasian Cahaya ≤ Kurang
filter press 100 lux jelas
Pengecekan dan Karyawan Konsumsi 1C L Menggunakan
pengoperasian merasa energi pakaian anti
filter press kegerahan menngkat panas
atau dan
kepanasan konsentrasi
suhu tubuh menurun
33 - 35ºC
Pengecekan dan Letak control Kelelahan 2D L mnggunakan alat
pengoperasian panel tidak pada mata bantu
filter press selurus dan leher
dengan mata,
dibawah
mata ±25 cm
28
\
BAB IIl
LANDASAN TEORI
29
30
5. Bowldozer
Blade ini dibuat untuk membawa /mendorong material dengan kehilangan
sesedikit mungkin, karena adanya dinding besi pada sisi blade yang cukup lebar.
Bentuknya seperti mangkuk, menyebabkan ia disebut bowl- dozer.
32
2. Vane Pumps
Pump output pada vane pump ada 2 yaitu fixed dan variabel. Komponen-
komponenvane pump yaitu : housing (1), Cartridge (2), mounting plate (3),
mounting plate seal (4), cartridge seal (5), cartridge back-up rings (6), snap ring
(7), serta input shaft dan bearing (8). Cartridge terdiri dari support plate (9), ring
(10), flex plate (11), slotted rotor (12), dan vane (13).
Slotted rotor diputar oleh input shaft. Vane bergerak masuk dan keluar
pada slot yang ada di dalam rotor dan menge-seal pada ujung luarnya terhadap
cam ring. Ring yang ada di dalam fixed pump displacement berbentuk elips,
sedangkan ring yang ada didalam variable pump displacement berbentuk
lingkaran/bundar. Flexplate menutup sisi dari rotor dan ujung-ujung vane-nya.
Dalam beberapa designpressure rendah, support plates dan housing menge-seal
sisi dari rotating rotor dan ujung-ujung vane. Support plate digunakan untuk
mengarahkan ke passage-passage yang ada di dalam housing. Housing juga
berfungsi sebagai support untuk komponen-komponen yang lain dari vane pump,
mengarahkan flow masuk dan keluar vane pump.
Pada saat rotor berputar di dalam cam ring-nya, vane keluar masuk di
dalam rotor slot untuk menjaga sealing terhadap ring-nya. Pada saat vane
35
bergerak keluar dari slotted rotor, terjadi perubahan volume diantara vane-nya.
Semakin besar jarak antara ring dan rotor, semakin besar pula volume yang
ditimbulkan. Volume yangmembesar akan menimbulkan sedikit ke-vaccum-an
yang memungkinkan inlet oil ditekan menuju ke ruang di antara vane oleh
tekanan atmosphere atau tank pressure. Bilamana rotor terus berputar, maka jarak
antara ring dan rotor juga akan semakin kecil. Hal ini mengakibatkan volume
yang ada juga akan semakin mengecil. Hal ini memungkinkan oil ditekan keluar
dari segment rotor menuju ke outlet passage dari pompa.
3. Piston Pumps
Ada 2 jenis piston pump yang dikenal yaitu Axial Piston Pump, dan Radial
Piston Pump. Pada fixed displacementAxial Piston Pump, piston bergerak lurus
maju dan mundur parallel dengan shaft-nya. Pada variable displacement Axial
Piston Pump atau motor, swashplate atau barrel dan port plate-nya juga bergerak
maju dan mundur merubah sudutnya sendiri terhadap shaft-nya. Perubahan sudut
ini membuat pump flow bervariasi antara minimum dan maksimum setting
meskipun shaft speed-nya konstan.Pompa bergerak maju mundur dalam garis
linear yang hampir parallel dengan bagian tengah shaft-nya. Dalam pompa piston
straight housing, piston berada pada swashplate yang berbentuk wedge
tetap. Sudut dari swashplate ini mengendalikan jarak gerakan keluar masuk piston
ke ruanggan barrel. Makin besar sudut wedge-shaped swashplate, maka makin
besar pula jarak pergerakan piston dan makin besar pula output pompa untuk tiap
revolusinya.
Dalam variable axial piston pump positive displacement, baik swashplate
maupun barrel dan port plate-nya dapat berputar maju mundur untuk mengubah
sudutnya terhadap shaft. Perubahan sudut ini menyebatkan aliran output bervariasi
antara pengaturan minimal dan maksimal meskipun kecepatan shaft tetap
konstan.CylinderBarrel diputar oleh shaft dan membawa piston masuk dan keluar.
Pada saat piston masuk maka ruangan antara piston dan barrel semakin
membesar. Perbesaran ini mengakibatkan terjadinya penurunan tekanan sehingga
oli masuk kedalam pompa. Pergerakkan masuk piston ini adalah mengikuti kontur
dari swashplate. Setengah putaran berikutnya piston bergerak keluar dan menekan
36
oli ke luar pompa. Selama terjadi perbedaan ukuran ruang antara piston dan
barrel maka piston selalu menghasilkan displacement oli.
Silinder ini disebut kerja tunggal (Ram) karena pada penggunaan cairan
hidrolik hanya pada satu sisi piston saja.
3.6.1 Actuator
Aktuator merupakan komponen output dari sistem hidrolik. Ada dua
macam aktuator, yaitu rotary actuator yang menyalurkan tenaganya dalam
gerakan melingkar atau memutar, dan linear actuator yang menyalurkan
tenaganya dalam garis lurus. Contoh actuator linear yaitu selinder hidrolik,
sedangkan contoh rotary actuator adalah gear motor, piston motor, vane motor.
2. Water cooler
Water cooler terdiri dari beberapa tabung logam yang dilindungi
oleh sebuah tabung besar . Dalam pendingin ini, zat cair sistem hidrolik
dipompa dan mengalir melalui tabung-tabung kecil dan cairan pendingin
melalui sela-sela tabung.
Pada perawatan ini dilakukan pada saat kondisi peralatan dalam keadaan
berhenti operasi. Oleh karena itu, dibutuhkan satu hari istirahat dalam satu
minggu. Untuk menselaraskan dengan konsisi yang dilakukan selama ini, maka
jadwal istirahat atau berhenti beroperasi unit bulldozer tersebut ditetapkan pada
hari jum’at kegiatan dapat dilihat pada tabel 3.2 dibawah ini :
49
50
MULAI
PERFORMANCE TEST
PEMERIKSAAN VISUAL
2. mengidentifiksi yang sering terjadi pada komponen sistem hidrolik blade life cylinder bulldozer caterpillar
2.perencanaan preventif dan corective pada sistem hidrolik blade life cylinder bulldozer caterpillar
PROSES SWEEPING
SELESAI
51
hidrolik yang sudah terlalu lama dipakai terlihat dalam gambar 4.3
Cylinder hydraulic sendiri berfungsi sebagai tempat piston melakukan
langkah (stroke) bolak balik. Piston yang terhubung dengan rod yang bergerak
maju mundur tergantung pada sisi mana yang diisi oleh oli hidrolik bertekanan
Scrath
Gram
kering (scuff wear). Karena hal tersebut kotoran dari luar dapat masuk kedalam
dan bercampur dengan oli hidrolik terlihat dalam gambar 5.
Fungsi seal dust adalah menahan kotoran dari luar atau mengcover debu
biar tidak masuk kedalam sistem hidrolik jika sampai ada kotoran atau debu yang
masuk akan merusak room cylinder yang bergesekan dengan piston
ketikadioperasikan.
Rod Piston
1. Preventive maintenance
Berikut ini adalah uraian jenis pekerjaan yang dilakukan dalam perawatan
preventive pada komponen sistem hidrolik bulldozer caterpillar.
1. Filter oli hidrolik Pemeriksaan pada filter oli hidrolik 100 jam kerja
2. Corrective maintenance
Berikut ini adalah uraiaan jenis pekerjaan yang dilakukan dalam perawatan
corrective pada kompone sistem hidrolik bulldozer caterpillar
Tabel 4.2 Corrective maintenance komponen sistem hidrolik bulldozer
caterpillar.
pecah
6. Stick cylinder Seal wiver sobek dan lip seal Melakukan
fantigue rekondisi
stick cylinder
7. Oil pan Gasket oil pan kaku atau rusak Menutup sisi
sehingga bocor oil pan yang
bocor dengan
silicon paste
8. Swing gear Pergerakan memutar bulldozer sulit, Ganti
karena gear mengalami kerusakan
(aus) akibat oli habis
9. Fuel lines Penyumbatan pada sirkulasi bahan Ganti selang
bakar mengakibatkan engine sulit bahan bakar
running
10. Grease injector Tidak ada pelumasan grease pada Ganti
komponen tertentu karena greaseinjecto
mengalami penyumbatan r
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari hasil yang disesuaikan dengan analisa dan pembahasan data
teknis, dimana penyebab kerusakan low speed, drift dan perawatan maka
dapat diambil kesimpulan hasil sebagai berikut:
1. Kerusakan pada lift cylinder terdapat banyak seal dan o-ring yang rusak
karena sering bergeseknya seal dengan rod yang kotor, kotoran semi
kering (scuff wear). Piston quick drop valve mengalami Scrath (kerusakan
berupa goresan) karena sering bergeseknya piston dengan dinding quic
drop valve. Faktor yang tidak disengaja seperti rod terbentur benda keras
mengakibatkan rod berlubang.
2. Perawatan yang kami rencanakan meliputi perawatan pencegahan
(prenventif maintenance) serta perawatan perbaikan (corrective
maintenance). Jadwal preventive maintenance meliputi perawatan harian
yang dilakukan setiap 10 jam kerja, perawatan mingguan dilakukan setiap
60 jam kerja yang mana membutuhkan waktu istirahat satu hari dalam satu
minggu, sedangkan perawatan yang dilaksanakan setiap unit bulldozer
sudah beroperasi sudah beroperasi setiap 250 jam kerja dan perawatan
tahunan dilaksanakan setiap unit bulldozer sudah beroperasi 2500 jam
kerja.
3. Dari penerapan kedua kegiatan perawatan tersebut preventive maintenance
dan corrective maintenance, penulis merekomendasikan maintenance
pereventive sebagai perawatan Perawatan yang baik untuk di terapkan
terhadap bulldozer caterpillar yang ada di PT Multimas Nabati Asahan
selama beroperasinya bulldozer caterpillar tersebut.
4.2 Saran
Ada beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi PT.
60
61
http://komponenalat-berat.blogspot.com/2016/12/jenis-jenis-
hidraulik-pump-pada-alat.html
http://komponenalat-berat.blogspot.com/2017/08/selinder-
hidrolik.html
http://komponenalat-berat.blogspot.com/2016/09/komponen-sistem-
hidrolik.html
http://dunia-atas.blogspot.co.id/2012/10/6-jenis-blade-pada-
bulldozer.html
https://www.materitugastugas.com/2018/05/makalah-sistem-
hidrolik-dan-kompresor.html
63
64
DAFTAR LAMPIRAN