Anda di halaman 1dari 14

STATUS HUKUM ANAK DI

LUAR NIKAH

Oleh
ROZIHAN

WHAT IS ANAK DI LUAR


NIKAH ?
Anak luar nikah adalah anak yang dilahirkan dari
persetubuhan antara laki-laki dengan perempuan
yang bukan suami isteri sah, yang masing-masing
belum pernah nikah.
Menurut Chatib Rasyid, selaku Ketua PTA
Semarang mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan anak luar nikah dalam putusan MK adalah
anak yang lahir dari pernikahan yang tidak
dicatatkan.

Pendapat para imam


Pendapat pertama, Imam madzhab
(Madzhab Hanafi, Maliki, Syafii dan
Hambali) telah sepakat bahwa anak
hasil zina dinasabkan pada ibunya
walaupun seandainya ayah
biologisnya mengeklaim (arab ilhak
atau istilhaq) bahwa ia adalah
anaknya


Anak yang lahir untuk pemilik kasur
(artinya, anak yang dilahirkan oleh istri
seseorang atau budak wanitanya adalah
miliknya), dan seorang pezina tidak punya
hak pada anak hasil perzinaannya.
(Muttafaq alaih dari Abu Hurairah dan
Aisyah radhiyallahu anhuma)

Dalil dari kitab Al-Mabsuth,


Seorang laki-laki mengaku berzina
dengan seorang wanita merdeka dan
(dia mengakui) bahwa anak ini anak
dari hasil zina dan si wanita
membenarkannya, maka nasab (si
anak itu) tidak terkait dengannya,
berdasarkan sabda Rasulullah: Anak
itu bagi pemilik firasy, dan bagi lakilaki pezina adalah batu (kerugian dan
penyesalan) (HR: Al Bukhari dan
Muslim).

Hadis Nabi shallallahu alaihi wa sallam


dari Abdullah bin Amr bin Ash, beliau
mengatakan,

Nabi shallallahu alaihi wa sallam


memberi keputusan bahwa anak
dari hasil hubungan dengan budak
yang tidak dia miliki, atau hasil
zina dengan wanita merdeka tidak
dinasabkan ke bapak biologisnya
dan tidak mewarisinya (HR.
Ahmad, Abu Daud, dihasankan AlAlbani serta Syuaib Al-Arnauth).

Pendapat kedua , dari Urwah bin Zubair,


Sulaiman bin Yasar, Al-Hasan, Ibnu Sirin,
Nakhai, dan Ishaq. bahwa anak hasil zina
tersebut dinasabkan pada ayah biologisnya
walaupun tidak terjadi pernikahan dengan ibu
biologisnya.
Urwah bin Zubair dan Sulaiman bin Yasar
pernah berkata bahwa Seorang pria yang
datang pada seorang anak dan mengklaim
bahwa anak itu adalah anaknya dan mengaku
pernah berzina dengan ibunya dan tidak ada
laki-laki lain yang mengakui, maka anak itu
adalah anaknya .


, ,

Seorang lelaki yang berzina dengan


perempuan dan hamil, maka boleh
menikahi perempuan itu saat hamil.
Sedangkan status anak adalah
anaknya

Dari as-Syeikh Wahbah az-Zuhaili


Hafizahullah:

Ulama sepakat halalnya pria pezina

menikahi wanita yang dizinahi.


Apabila melahirkan anak setelah
enam bulan akad nikah maka
nasabnya ke pria itu. Apabila kurang
dari 6 bulan dari waktu akad nikah
maka tidak dinasabkan padanya
kecuali apabila si pria membuat ikrar
dengan mengatakan bahwa anak itu
darinya dan tidak menjelaskan
bahwa ia berasal dari zina. Maka
dengan ikrar ini nasab anak tersebut
tetap pada ayah biologisnya

Pandangan KHI (pasal 186)


anak yang lahir di luar
perkawinan hanya mempunyai
hubungan saling mewarisi
dengan ibunya dan keluarga dari
pihak ibunya

MK melalui keputusan No 46/PUU-VIII/2010 telah


mengubah pasal 43 ayat 1 UU No 1 Tahun 1974
tentang perkawinan menjadi

"Anak yang dilahirkan di luar perkawinan


mempunyai hubungan perdata dengan
ibunya dan keluarga ibunya serta dengan
laki-laki sebagai ayahnya yang dapat
dibuktikan berdasarkan ilmu
pengetahuan dan teknologi dan/atau alat
bukti lain menurut hukum mempunyai
hubungan darah termasuk hubungan
perdata dengan keluarga ayahnya."

Dalil Yang Rajih

Dari semua dalil yang telah dikumpulkan, yang paling


rajih menurut penulis adalah Putusan Mahkamah
Konstitusi(MK) Republik Indonesia Nomor 46/PUUVIII/2010, Tanggal 13 Februari 2012 karena Putusan MK
ini merupakan usaha untuk memberikan perlindungan
kepada anak dengan cara memberikan status hubungan
keperdataan dengan ayah biologisnya. Akan tetapi
apabila putusan ini diberlakukan kepada status anak zina
juga, dalam artian ada hubungan keperdataan dengan
ayah biologisnya, maka akan mendatangkan madharat
juga, seperti contoh anak yang merupakan hasil
pemerkosaan.

Anda mungkin juga menyukai