Skip to main content
EdukasiArtikel

DAMPAK PENGGUNAAN SABU-SABU BAGI KESEHATAN : HINGGA MENYEBABKAN KEMATIAN

Dibaca: 12729 Oleh 24 Sep 2021September 30th, 2021Tidak ada komentar
DAMPAK PENGGUNAAN SABU-SABU BAGI KESEHATAN : HINGGA MENYEBABKAN KEMATIAN
#BNN #StopNarkoba #CegahNarkoba

Oleh : Mutia Permata Iryanti Jurusan Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Badan Narkotika Nasional Provinsi Kepulauan Riau telah mencatat bahwa sebanyak 26.000 orang merupakan pengguna narkoba di Kepulauan Riau, 52 persen diantaranya merupakan pengguna dari golongan pekerja, berusia produktif dengan rentang 20 – 50 tahun, dan daerah yang paling dominan pengguna adalah Kota Batam. Jenis narkoba yang paling banyak digunakan oleh pecandu adalah jenis sabu-sabu dan ekstasi. Menurut data pada tahun 2019, terdapat 80 kasus narkoba dengan barang bukti sitaan yaitu 50 kilogram sabu-sabu dan 50.000 butir ekstasi.

Sabu-sabu atau metafetamin dikenal sebagai obat stimulan yang memiliki efek adiktif yang tinggi. Menurut Drug Abuse, zat ini sebetulnya dilegalkan oleh lembaga pengawas obat-obatan Amerika yaitu Food and Drugs Administration (FDA). Metafetamin diigunakan untuk membuat obat terapeutik yang biasa diresepkan untuk penderita ADHD, narkolepsi, dan obesitas. Metafetamin akhirnya ditetapkan menjadi obat-obatan terlarang setelah banyaknya kasus penyalahgunaan yang tidak sesuai dengan dosis yang diberikan dokter. Zat ini hanya bisa digunakan secara terbatas dan dengan persetujuan dokter.

Menurut Medical News Today, penggunaan sabu-sabu meningkatkan risiko penyakit jantung seperti nyeri dada, detak jantung abnormal, serta tekanan darah tinggi. Hal ini akan mengarah pada diseksi aorta akut, serangan jantung, atau kematian jantung mendadak bahkan saat pertama kali seseorang menggunakannya. Kandungan zat berbahaya yang ada di dalam sabu-sabu juga dapat menyebabkan seseorang mengalami kerusakan gigi dan gusi. Kerusakan ini sering disebut sebagai “meth mouth” atau pembusukan gigi yang mengharuskan penderitanya mencabut giginya. Sabu-sabu juga bisa menyebabkan efek neurologis yang tidak hilang meskipun seseorang berhenti menggunakannya.

Peneliti mengatakan efek jangka panjang dari penggunaanya adalah dapat menyebabkan penyakit parkinson, yakni kondisi gangguan saraf yang memengaruhi saraf gerak. Berkembangnya gejala psikotik pada pengguna metamfetamin dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk dosis, lama penggunaan, cara penggunaan (intervena, menghisap, dan oral) dan kerentanan pribadi terhadap psikosis. Lama penggunaan yang lama dapat meningkatkan risiko psikotik akibat metamfetamin dalam jangka panjang. Begitu juga dengan frekuensi yang tinggi dapat meningkatkan risiko tersebut. Selain itu penggunaan sabu-sabu dengan suntikan yang menggunakan jarum suntik bekas atau bergantian juga dapat meningkatkan risiko terserang penyakit menular tertentu seperti HIV dan hepatitis.

Daftar Sumber :

Nancy, Y. (2019). Efek Sabu-Sabu bagi Kesehatan: Gangguan Emosi Hingga Kematian”. Diakses pada 08 September 2021, dari https://tirto.id/efek-sabu-sabu-bagi-kesehatan-gangguan-emosi-hingga-kematian-eh4D.

Nurhidayat, A. W dan Achmad, Z. (2013). “Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Pasien Rawat Inap Pengguna Metamfetamin (Shabu) di RSKO Jakarta Tahun 2013.”

Pahlasari, R. (2013). “Prevalensi Pasien yang mengalami gejala psikotik dengan riwayat penggunaan NAPZA di RSKO Jakarta Tahun 2011-2012.”.

Wardaningtyas A. W, Theresa R. M, dan Harfiani E. (2020). “Hubungan frekuensi dan lama penggunaan metamfetamin dengan gejala psikotik pada pasien di rumah sakit ketergantungan obat Jakarta.” Seminar Nasional Riset Kedokteran. Vol. 1. No. 1.

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel