Headline

Membawa Idol dalam Semesta Penggemar

Salah satu novel alternate universe (AU) idol K-pop karya Asabell Audida laku 2.000 buku hanya dalam waktu 10 menit.

Fokus

Sengit hingga Akhir

City di peringkat pertama mengoleksi 88 poin, unggul dua angka atas Arsenal. Akan tetapi, secara normatif, persaingan tetap terbuka.

Bidasan Bahasa: Orang Gila

Adang Iskandar Redaktur Bahasa Media Indonesia
30/4/2021 09:10
Bidasan Bahasa: Orang Gila
Adang Iskandar Redaktur Bahasa Media Indonesia(Dok. Pribadi)

PANDEMI covid-19 menghantam hampir seluruh aspek kehidupan manusia, tak terkecuali kesehatan jiwa. Dampak ekonomi, terutama, telah berimbas pada kesehatan jiwa masyarakat.

Bertepatan dengan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2020 pada 10 Oktober lalu, Kementerian Kesehatan mengungkapkan bahwa selama pandemi covid-19, hingga Juni 2020, ada 277.000 kasus kesehatan jiwa di Indonesia.

Jumlah kasus kesehatan jiwa itu meningkat jika dibandingkan dengan di 2019 yang hanya 197.000 orang.

Baca juga : Gangguan Kesehatan Jiwa Beri Dampak Buruk bagi Perekonomian Nasional

Kalau bicara gangguan jiwa, orang langsung berasosiasi pada kata gila, atau tepatnya orang gila.

Makna kata gila
Kata gila dalam KBBI bisa bermakna sebagai berikut, a) gangguan jiwa; sakit ingatan (kurang beres ingatannya); sakit jiwa (sarafnya terganggu atau pikirannya tidak normal), b) tidak biasa; tidak sebagaimana mestinya; berbuat yang bukan-bukan (tidak masuk akal, c) terlalu; kurang ajar (dipakai sebagai kata seru, kata afektif), d) ungkapan kagum (hebat), e) terlanda perasaan sangat suka (gemar, asyik, cinta, kasih sayang), f) tidak masuk akal.

Jadi, makna kata gila itu sangat variatif, tak hanya merujuk pada gangguan jiwa. Kata-kata itu malah sering dijadikan umpatan (dalam konteks bercanda) di kalangan tertentu, terutama anak muda, dan tidak dianggap sebagai sarkasme. Memang beberapa telinga merasa kata-kata tersebut kasar, tapi ada pula yang menganggap itu lumrah.

Baca juga : Satu dari Tiga Remaja Indonesia Punya Masalah Kesehatan Mental

Terkait dengan gangguan jiwa, jika mengacu pada makna pertama kata gila di KBBI, frasa-frasa itu pun menurut saya masih kurang patut dilekatkan kepada mereka yang mengalaminya.

Psikiatri atau cabang (spesialisasi) ilmu kedokteran yang berhubungan dengan penyakit jiwa sendiri menyebutkan bahwa kondisi orang dengan gangguan jiwa itu tidak dapat diseragamkan. Karena itu, Undang- Undang tentang Kesehatan Jiwa sampai membuat dua definisi, yaitu orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) dan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).

ODMK dimaknai sebagai orang yang bermasalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan, dan/atau kualitas hidup sehingga memiliki risiko mengalami gangguan jiwa.

Baca juga : Penderita Skizofrenia Bisa Sembuh Total

ODGJ adalah orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan/atau perubahan perilaku yang bermakna. Akibatnya, ia dapat menderita, dan fungsinya sebagai manusia menjadi terhambat.

Dari dua definisi itu jelas bahwa pelabelan ‘orang gila’ kepada mereka yang kita asosiasikan sebagai orang-orang dengan baju compangcamping, bau, kotor, berambut gimbal tak terurus, setengah telanjang dan bahkan telanjang bulat di jalanan, harus kita ubah. Lebih elok jika kita menyebut mereka orang dengan gangguan jiwa atau ODGJ.

Saya sendiri sering mengoreksi anak saya saat dalam perjalanan kami melihat mereka. Ketika anak saya spontan menyebut ‘orang gila’, saya menjelaskan bahwa frasa itu kurang pantas, sekaligus memberi tahu bahwa sebutan ODGJ lebih patut.

Baca juga : Kesepian dan Masalah Finansial Faktor Utama Munculnya Gejala Gangguan Mental

Bahkan, belakangan muncul penghalusan lain untuk frasa ‘orang gila’, yakni penyandang disabilitas mental.

Jadi teringat kisah Rasulullah SAW ketika para sahabat menyebut ada ‘orang gila’ sedang mengamuk. Rasulullah SAW bersabda, “Orang ini bukan gila. Ia sedang mendapat musibah. Tahukah kalian, siapakah orang gila yang benar-benar gila?”

Nabi menjelaskan bahwa ‘orang gila’ ialah orang yang berjalan dengan sombong, yang memandang orang dengan pandangan yang merendahkan, yang membusungkan dada, berharap akan surga Tuhan sambil berbuat maksiat, yang kejelekannya membuat orang tidak aman, dan kebaikannya tidak pernah diharapkan. Itulah orang gila yang sebenarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya