Share

Periskop 2024: Bencana Alam Masih Mengintai Indonesia, Waspadalah!

Arief Setyadi , Okezone · Rabu 10 Januari 2024 06:24 WIB
https: img.okezone.com content 2024 01 09 337 2952271 periskop-2024-bencana-alam-masih-mengintai-indonesia-waspadalah-UH76fiSMlG.jpg Banjir di Kerinci, Jambi (Foto: Nanang Fahrurozi)
A A A

JAKARTA - Memasuki awal tahun 2024, bencana alam menerjang Indonesia secara bertubi-tubi. Tak sedikit yang menjadi korban.

Harus diakui bahwa Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang rawan bencana alam. Mulai dari gempa bumi, gunung meletus, hingga bencana hidrometeorologi.

Bencana hidrometeorologi merupakan fenomena bencana alam atau proses merusak yang terjadi di atmosfer (meteorologi), air (hidrologi), atau lautan (oseanografi), demikian menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Hidrometeorologi dapat menyebabkan hilangnya nyawa, cedera atau dampak kesehatan lainnya, kerusakan harta benda, hilangnya mata pencaharian dan layanan, gangguan sosial dan ekonomi, atau kerusakan lingkungan.

Beberapa contoh bencana hidrometeorologi meliputi curah hujan ekstrem, angin kencang, tanah longsor, banjir, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, puting beliung.

Indonesia menjadi daerah rawan bencana karena sejumlah faktor. Di antaranya karena berada di cincin api pasifik, yang merupakan tempat bertemunya lempeng tektonik.

Selain itu, juga membentuk banyak gunung api. Tak heran di Indonesia masih banyak gunung api yang masih aktif hingga sekarang.

Wilayah tropis dengan curah hujan yang tinggi. Indonesia berada di garis khatulistiwa. Kondisi tersebut membuat Indonesia rentan diterjang badai atau angin kencang maupun siklon tropis.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Kemudian, wilayah Indonesia dilewati Sabuk Alpide adalah sabuk seismik dan sabuk orogenik yang mencakup jajaran pegunungan yang membentang hingga lebih dari 15.000 km. Hal ini membuat Indonesia rawan terjadi gempa.

Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) sebelumnya juga telah mewanti-wanti untuk mewaspadai adanya bencana hidrometorologi basah saat memasukan awal 2024. Bahkan, BNPB mengklaim sudah siap menghadapinya.

“Jika bencana sudah terjadi segera tetapkan status Tanggap Darurat, namun kita bisa mengantisipasi sebelum bencana terjadi. Untuk itu, daerah-daerah yang diprediksi akan mengalami bencana hidrometeorologi basah bisa mengeluarkan surat siaga darurat,”

Hal tersebut diungkapkan Kepala BNPB Suharyanto saat memimpin Rapat Koordinasi Kesiapsiagaan Nasional Menghadapi Bencana Periode Natal dan Tahun Baru 2024 pada Kamis 21 Desember 2023 silam.

Bencana Awal Tahun

Imbauan BNPB untuk siaga dalam menghadapi bencana kejadian. Tercatat ada 24 kejadian bencana alam sudah terjadi di awal 2024.

Curah hujan di awal tahun intensitasnya tinggi. BMKG pun memprakirakan, bahwa potensi cuaca ekstrem di beberapa wilayah Indonesia perlu diwaspadai selama periode akhir 2023 hingga awal Januari 2024.

Deputi Bidang Meteorologi, Guswanto mengungkapkan, adanya Monsun Asia Musim Dingin yang diasosiasikan sebagai musim angin baratan mulai menunjukkan dampaknya terhadap potensi peningkatan massa udara basah di sekitar wilayah Indonesia. Hal tersebut membuat pertumbuhan awan hujan di periode Januari ini diprediksikan cukup intens.

Bukan hanya itu, adanya aktivitas Madden Jullian Oscillation (MJO) saat ini sudah mulai memasuki wilayah Indonesia. Bahkan, dalam sepekan ke depan secara tidak langsung dapat memicu peningkatan potensi hujan sedang-lebat di beberapa wilayah.

Setidaknya masyarakat di berbagai wilayah perlu diwaspadai potensi hujan intensitas hingga lebat periode 3-10 Januari 2024. Namun, puncak musim hujan diketahui berlangsung pada Januari-Februari 2024.

“Kondisi tersebut diperkuat dengan adanya aktivitas gelombang Rossby di wilayah Indonesia bagian barat dan cukup bertahan hingga 5 hari ke depan. Sementara itu, faktor dinamika lain yang turut memperkuat potensi tersebut adalah terbentuknya pola pertemuan angin dan belokan angin di sekitar wilayah Sumatera, Jawa, dan Kalimantan,” ujar Rabu 3 Januari 2024.

Sejauh ini bencana terjadi di berbagai daerah, mulai hujan disertai angin kencang yang menyebabkan banjir dan longsor menerjang Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, Subang.

Banjir juga menerjang Karawang, Cikarang, Grobogan di Jawa Timur, Cimahi, Bandung. Di luar Jawa, banjir juga melanda seperti di Jambi, Riau, Kalimantan Barat, Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan sejumlah daerah lainnnya.

Longsor juga terjadi di tebing Gunung Anaga pada Kamis 4 Januari 2024 yang mengharuskan 110 keluarga di Desa Sukamulya, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Purwakarta.

Bukan hanya banjir dan longsor, gempa juga mengguncang Indonesia. Dari sekian gempa yang terjadi, yang dampaknya besar yakni gempa di Sumedang, Jawa Barat.

Meski gempa pertama terjadi pada Minggu 31 Desember 2023 malam dengan Magnitudo 4,8, namun gempa susulannya terus terjadi hingga awal 2024. Gempa tersebut merusak. Menurut catatan Pemkab Sumedang ada 1.004 bangunan rusak. Sementara 11 warga terluka.

Bangunan rusak itu tersebar di Kecamatan Sumedang Selatan, Sumedang Utara, Cimalaka, Ganeas, Cisarua, Tanjungkerta, Tanjungmedar, dan Rancakalong.

BMKG ternyata menemukan patahan atau sesar baru penyebab gempa merusak di Sumedang. “Patahan yang diidentifikasi ini semula belum terpetakan. Untuk selanjutnya sesuai dengan analisis data seismisitas BMKG, maka patahan tersebut karena melewati Kota Sumedang, melewati kota Sumedang maka disebut sebagai Sesar Sumedang,” kata Kepala BMKG Dwikorita saat Konferensi Pers, Senin 8 Januari 2024.

Gempa lainnya mengguncang wilayah Bayah, Banten dengan kekuatan M5,9 setelah dimuktakhirkan menjadi M5,7. Akibat gempa tersebut, sejumlah bangunan rusak, termasuk sekolah. Namun, BPBD Banten memastikan tak korban jiwa maupun luka akibat gempa tersebut.

Pada 9 Januari, gempa besar M7,0 juga mengguncang barat daya Pulau Karatung, Sulawesi Utara. BMKG menyebutkan gempa terjadi pada 9 Januari pukul 03.48 WIB dengan titik episenter 4.92 LU,126.33 BT atau 85 km Barat Laut Pulau Karatung dengan Kedalaman 56 Km

Selanjutnya adalah erupsi gunung api. Gunung Lewotobi Laki-laki yang berada di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur mengeluarkan abu panas (erupsi) pada Senin 1 Januari 2024.

Pemerintah menetapkan status siaga darurat bencana alam imbas erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki berlaku sejak 1-14 Januari 2024. Sementara BNPB melaporkan 3.898 jiwa mengungsi akibat erupsi Gunungapi Lewotobi Laki-Laki.

“Total pengungsi telah mencapai 3.898 jiwa yang terbagi di beberapa titik lokasi, baik tenda pengungsian, gedung sekolah, kantor koramil hingga rumah kerabat,” ungkap Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari dalam keterangan resminya, dikutip Jumat 5 Januari 2024.

Upaya Penanganan

BNPB bersama sejumlah pihak terkait melakukan operasi Teknologi Mofidikasi Cuaca (TMC). Pada Rabu 3 Januari 2024, operasi TMC yang pertama dilakukan dengan dukungan pesawat Cessna 208 Caravan BNPB bernomor lambung PK-SNS yang dioperasikan PT Smart Cakrawala Aviation.

Operasi TMC di hari pertama itu dilakukan sebanyak satu kali sortie selama 2 jam 18 menit dengan menaburkan Natrium Clorida (NaCl) atau garam dapur di atas langit wilayah Kabupaten Bandung bagian barat dan Kabupaten Sukabumi bagian utara.

Selanjutnya Kamis 4 Januari, operasi TMC dilakukan sebanyak dua kali sortie. Pertama menyisir wilayah Selat Sunda, Laut Jawa hingga di atas langit Kepulauan Seribu. Sortie kedua menyasar wilayah Selat Sunda, Banten bagian barat daya hingga utara dan wilayah selatan Kabupaten Pandeglang.

Pantauan satelit GSMaP pada 4 Januari 2024 menunjukkan terjadi hujan hujan ringan hingga sangat lebat di wilayah Jawa bagian barat, dengan curah hujan tertinggi mencapai 150 milimeter sebelum masuk Kabupaten Serang bagian utara.

Pada Jumat 5 Januari, operasi TMC kembali dilakukan sebanyak dua kali sortie dan seluruhnya menyasar ke wilayah Laut Jawa. Selanjutnya Sabtu 6 Januari dilakukan sebanyak tiga kali sortie.

Sortie kedua dilakukan di wilayah timur Teluk Jakarta dan Laut Jawa di bagian timur laut. Sortie ketiga dilakukan di wilayah perairan selatan Pulau Jawa bagian barat. Penyemaian NaCl masing-masing 1 ton. Pada setiap sortie dilakukan di ketinggian 9.000 hingga 11.000 kaki.

"Operasi TMC ini merupakan bentuk ikhtiar bersama demi meminimalisir dampak risiko bencana yang dapat dipicu oleh cuaca. Bukan berarti kita yang menurunkan hujan, namun ini adalah upaya untuk mengurangi intensitas hujan yang diprediksi akan turun di satu tempat dengan menurunkannya di tempat lain,” ujar Direktur Dukungan Sumber Daya Darurat (DSDD), Kedeputian Bidang Penanganan Darurat BNPB, Agus Riyanto.

Sementara untuk korban terdampak gempa hingga longsor, pemerintah memberikan bantuan secara materi untuk perbaikan rumah dan lainnya. Bencana alam masih akan terus mengintai Indonesia di 2024, waspadalah.

1
4

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini