Minggu, 5 Mei 2024

Tradisi Buang Bayi di Bondowoso, Diyakini untuk Membuang Kesialan

- Senin, 9 Agustus 2021 | 11:01 WIB
MASIH DILESTARIKAN: Suasana ritual tradisi buang bayi yang dilakukan terhadap anak dari Andrianto, kemarin (7/8).
MASIH DILESTARIKAN: Suasana ritual tradisi buang bayi yang dilakukan terhadap anak dari Andrianto, kemarin (7/8).

BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Masih banyak tradisi unik yang sampai saat ini masih tetap dipertahankan oleh masyarakat Bondowoso. Salah satunya tradisi buang bayi. Seperti yang dilakukan warga Desa Jambesari, Kecamatan Jambesari Darussholah, kemarin (7/8) pagi.

Tradisi buang bayi bukan berarti membuang bayi, kemudian ditelantarkan begitu saja. Ada ritual dan bacaan doa yang dilantunkan oleh orang yang ahli di bidang tersebut. Keberlangsungan tradisi itu di masyarakat setempat masih sangat melekat. Tradisi ini biasanya dilakukan saat bayi baru lahir ke dunia. Walaupun demikian, tidak semua bayi mengikuti ritual tersebut. Artinya, ada beberapa kriteria tertentu yang mengharuskan masyarakat melakukan tradisi itu.

Andrianto misalnya. Salah satu warga yang baru saja mempunyai bayi ini menuturkan, dia memang sengaja melakukan hal itu untuk melestarikan dan tetap menjaga adat dan tradisi yang sudah ada di masyarakat sejak dahulu.

Tradisi itu dilakukan oleh orang-orang sekitar tempat tinggalnya yang sudah berpengalaman dalam adat tersebut. "Melibatkan tokoh setempat yang biasa memimpin acara-acara adat di kampung kami," katanya.

Acara yang dilangsungkan untuk anaknya itu, Andri menjelaskan, dipimpin langsung oleh Mbah Misrai, salah seorang yang biasa memimpin acara-acara adat di tempat itu. Biasanya, sebelum acara berlangsung, dia akan meminta kepada pihak keluarga dari bayi untuk mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan dalam melakukan tradisi unik ini. "Seperti nampan, jarik, dan bayi dalam keadaan sudah dimandikan dan berpakaian lengkap saat acara digelar," jelasnya.

Saat semua kebutuhan sudah disiapkan, maka pemimpin tradisi tersebut akan membawa bayi yang dimaksud ke pekarangan kosong di sekitar rumahnya. Kemudian, meletakkan bayi di atas nampan yang sudah disiapkan sebelumnya. Setelah itu, bayi akan dikelilingi oleh pemimpin ritual sebanyak tujuh kali, sembari melantunkan doa-doa keselamatan. "Kemudian, Mbah Misrai teriak-teriak menemukan bayi," imbuhnya.

Setelah semua itu dilakukan, maka nenek dari bayi itu akan menghampiri dan mengaku bayi yang diletakkan di atas nampan tadi adalah cucunya. Setelah nenek bayi bertemu dengan pemimpin acara, maka sang pemimpin akan meminta tebusan sebelum cucunya boleh dibawa pulang. "Tebusannya sih sederhana dan semampunya keluarga si bayi. Tadi saya hanya uang Rp 20 ribu, kopi, dan gula masing-masing satu kilogram," paparnya.

Andri juga mengungkapkan, tradisi buang bayi itu tidak berlaku untuk semua bayi. Sebab, ada kriteria tertentu untuk melakukannya, seperti ketika bayi perempuan lahir telungkup dan bayi laki-laki lahir telentang. "Jika lahir kebalikannya, berarti tidak bisa melakukan tradisi ini," terangnya.

Disampaikan bahwa tradisi yang dilakukan oleh keluarganya itu merupakan adat istiadat masyarakat setempat. Diyakini, dengan melakukan tradisi tersebut bisa membuang kesialan bayi. Terlebih, saat lahir diyakini ada yang kurang tepat sesuai kriteria yang disampaikan sebelumnya. "Ini tradisi, di balik ini masyarakat meyakini ada hal positif yang diharapkan," ujarnya.

Selain itu, dia tak menampik jika tradisi itu saat ini sudah banyak dilupakan. Oleh sebab itu, menurutnya, generasi muda perlu untuk belajar dan menanyakan kepada orang-orang tua yang ahli di bidangnya. "Agar tetap terlestarikan dan terjaga. Selama hal itu positif dan tidak merugikan," tandasnya.

 

 

Jurnalis : Ilham Wahyudi
Fotografer : Istimewa
Redaktur : Lintang Anis Bena Kinanti

Editor: Safitri

Tags

Terkini

Lemak dan Stres Jadi Hilang

Minggu, 28 April 2024 | 23:55 WIB

Jalan Cepat Lebih Sehat

Minggu, 28 April 2024 | 23:10 WIB
X