!
" # $
&
!!
&
!!
' (
, $
$$
%
(
/ (
( !
$
) *
(
) +*
(
)
-
. &.
),
0
!
"
#$%
&
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL............................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ................................................................................................ I-1
I.2 Rumusan Masalah........................................................................................... I-1
I.3 Tujuan Percobaan ........................................................................................... I-1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori .................................................................................................... II-1
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Variabel Percobaan ...................................................................................... III-1
III.2 Alat Yang Digunakan .................................................................................. III-1
III.3 Bahan Yang Digunakan ............................................................................... III-1
III.4 Prosedur Percobaan ...................................................................................... III-1
III.5 Diagram Alir Percobaan .............................................................................. III-2
III.6 Gambar Alat Percobaan ............................................................................... III-5
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Percobaan ...........................................................................................IV-1
IV.2 Pembahasan .................................................................................................IV-2
BAB V KESIMPULAN ...................................................................................................V-1
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................v
DAFTAR NOTASI ..........................................................................................................vi
APPENDIKS....................................................................................................................vii
LAMPIRAN
Laporan Sementara
Fotocopi Literatur
Lembar Revisi
ii
ABSTRAK
Tujuan dari praktikum timbal balik fenol-air adalah untuk menentukan temperatur kritis pada
kelarutan fenol-air dan fenol-HCl 0,04 N.
Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah dengan menggunakan 2 gr dan 4 gr
padatan fenol dan aquadest sebanyak 1,5 ml lalu memasukkan larutan fenol air dalam pemanas air
beberapa detik lalu angkat larutan fenol-air tersebut, mengamati perubahan yang terjadi serta
mencatat suhu saat keadaan jernih (T1), saat keadaan keruh (T2), dan suhu rata-rata( T). Langkah
prosedur kerja untuk mencari suhu kritis awalnya dengan menimbang 2 gr fenol dan memasukkan ke
dalam tabung reaksi. Setelah itu menambahkan aquadest 1,5ml menggunakan pipet tetes serta
mengaduk fenol hingga larut dalam air. Selanjutnya memanaskan gelas beaker yang berisi aquadest
yang didalamnya terdapat tabung reaksi fenol-air sambil mengaduknya hingga larutan fenol air
menjadi jernih. Catat suhu ketika larutan mulai jernih. Setelah itu, mendinginkan larutan fenol-air
sampai larutan keruh kembali. Catat suhu ketika keruh. Tambahkan aquadest 1,5 ml hingga volume
penambahannya sebesar 7,5 ml. Kemudian mengulangi prosedur kerja dengan menggunakan HCl 0,4
N. Dan ulangi seluruh prosedur tersebut dengan menggunakan 4 gram fenol
Dari percobaan ini, terjadi perubahan jumlah dimana pada fase awal jumlah fenol lebih
dominan dibandingkan air diikuti dengan kenaikan suhu dan kemudian jumlah air lebih dominan
dibandingkan dengan jumlah fenol diikuti dengan penurunan suhu. Sehingga membentuk kurva
menyerupai parabola. Jadi, dapat ditarik kesimpulan temperatur akan semakin tinggi apabila semakin
banyak volume air yang ditambahkan tetapi akan turun kembali ketika larutan telah mencapai titik
kritis atau temperatur kritis.
Kata kunci : timbal balik fenol-air, fenol-air, kelarutan, temperatur
i
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1
Kurva Komposisi Campuran Fenol Air .................................................... II-3
Gambar II.2
Struktur Molekul Fenol ............................................................................. II-9
Gambar III.6 Gambar Alat Percobaan ............................................................................ III-5
iii
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Tetapan Fisik Air pada Temperatur Tertentu .................................................. II-12
Tabel IV.1 Hasil Percobaan Timbal Balik Fenol-Air 1 ................................................... IV-1
Tabel IV.2 Hasil Percobaan Timbal Balik Fenol-Air 2 ................................................... IV-1
Tabel IV.3 Hasil Percobaan Timbal Balik Fenol-Air 3 ................................................... IV-1
iv
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kelarutan kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam
suatu pelarut (solvent).
Kelarutan timbal balik fenol-air adalah kelarutan dari larutan fenol dengan air yang
bercampur sebagian bila temperaturnya dibawah temperatur kritis. Temperatur kritis
merupakan temperatur dimana dua zat atau lebih mengalami kelarutan yang sempurna
atau yang disebut homogen. Temperatur kritis dapat dicari dengan mengunakan
percobaan ini, yaitu dengan cara memanaskan campuran dari fenol dengan air kemudian
memperhatikan temperatur dimana campuran tersebut tercampur sempurna atau
homogen. Temperatur tersebut disebut temperatur kritis. Dengan melakukan praktikum
ini, praktikan dapat mengetahui titik kritis pada kelarutan fenol dengan air dan fenol
dengan larutan HCl 0,4N. Praktikan dapat mengetahui temperatur dimana kedua bahan
tersebut menyatu secara homogen.
Pengaplikasian timbal balik fenol pada kehidupan sehari-hari yaitu kelarutan gula
dalam air. Gula yang dilarutkan ke dalam air panas, dan satu lagi dilarutkan ke dalam air
dingin, maka gula yang akan lebih cepat larut pada air panas karena semakin besar suhu
semakin besar pula kelarutannya. Aplikasi lainnya yaitu pada bidang industri pada
pembuatan reaktor kimia, pada proses pemisahan dengan cara pengkristalan integral,
selain itu juga dapat digunakan untuk dasar atau ilmu dalam proses pembuatan grandulgrandul pada industri baja.
I.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari percobaan ini adalah :
1. Bagaimana hubungan kelarutan timbal balik fenol-air dengan variabel 2gram dan
4gram fenol beserta penambahan aquadest dan HCl 0,4 N dengan variabel 1,5-7,5 ml
dengan kelipatan penambahn variabel sebesar 1,5ml ?
2. Berapakah persentase berat fenol dalam kelarutan timbal balik fenol-air dengan
variabel berat fenol sebesar 2gram dan 4gram beserta penambahan aquadest dan HCl
0,4N dengan variabel 1,5-7,5ml dengan kelipatan penambahan variabel sebesar 1,5 ml
?
I-1
I-2
I.3. Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini adalah :
1. Mencari hubungan suhu dalam kelarutan timbal balik fenol-air dengan variabel 2gram
dan 4gram fenol beserta penambahan aquadest dengan variabel 1,5-7,5ml dengan
kelipatan penambahan variabel sebesar 1,5ml.
2. Mengetahui persentase berat fenol dalam kelarutan timbal balik fenol-air dengan
variabel berat fenol sebesar 2gram dan 4gram beserta penambahan aquadest dan HCl
0,4N dengan variabel 1,5-7,5ml dengan kelipatan penambahan variabel sebesar
1,5ml.
I-2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
Larutan dapat didefinisikan sebagai campuran yang homogen, karena itu larutan
merupakan suatu sistem satu fase yang terdiri dari satu atau lebih komponen pengisinya.
Fase tersebut dapat berbentuk solid, liquid maupun gas. Pengertian campuran itu sendiri
dapat diartikan sebagai kumpulan dua atau lebih zat yang tidak bereaksi. Kemungkinan
bentuk campuran :
1. Campuran kasar yaitu campuran yang sifat maupun bentuknya sama dengan keadaan
murninya contoh campuran tanah dan pasir, gula dan garam, dan sebagainya.
2. Dispersi koloid yaitu campuran yang ukuran partikelnya 10-7 sampai 10-5cm yang
tidak dapat dipisahkan dengan filtrasi dan berada di antara larutan homogen dan
heterogen contoh larutan tanah liat dan air, sol Fe(OH)3 , dan sebagainya.
3. Larutan
sejati yaitu campuran yang homogen contohnya larutan gula dalam air,
garam dalam air, dan sebagainya
(Keenan, 1986).
Campuran kasar dan dispersi koloid disebut juga sebagai campuran heterogen dan
dapat dipisahkan secara mekanis, sedangkan larutan sejati yang bercampur secara
homogen tidak dapat dipisahkan secara mekanis (Keenan, 1986).
Fase merupakan bagian dari suatu sistem dimana sifat kimia dan fisisnya sama atau
homogen serta antara satu fase dengan fase lainnya betul-betul terpisah oleh batasan yang
baik dan jelas hingga dapat dipisahkan secara mekanis, seperti dengan penyaringan,
pengendapan dan sebagainya. Fase dapat terdiri dari material dalam jumlah yang besar
maupun kecil serta dapat dalam satu unit atau dapat dibagi dalam berbagai unit yang
lebih kecil (Keenan, 1986).
Sistem biner fenol – air merupakan sistem yang memperlihatkan sifat solubilitas
timbal balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan tetap. Solubilitas
(kelarutan) adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut
dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut
yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh.
Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut.
Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya
II-1
disebut miscible. Pelaru
larut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat
d
berupa zat murni
ataupun campuran (Keen
eenan, 1986).
Campuran terdiri
iri dari beberapa jenis. Di lihat dari fasenya, Pada
P
sistem biner fenol
–air, terdapat 2 jenis
is campuran
c
yang dapat berupah pada kondis
disi tertentu. Suatu fase
didefinisikan sebagai
ai bagian sistem yang seragam atau homoge
ogeni diantara keadaan
submakroskopiknya,, te
tetapi benar – benar terpisah dari bagian sistem
s
yang lain oleh
batasan yang jelas dan
da baik. Campuran padatan atau dua caira
airan yang tidak saling
bercampur dapat mem
embentuk fase terpisah. Sedangkan campuran
ran gas-gas adalah satu
fase karena sistemnya
ya yang homogen. Simbol umum untuk jumlah
lah fase adalah P (Dogra
SK & Dogra S, 2008 ).
Kelarutan timbal
al balik adalah kelarutan dari suatu larutan yan
ang bercampur sebagian
bila temperaturenya di bawah temperature kritis. Jika mencapai temperature
tem
kritis, maka
larutan tersebut dapat
at bercampur sempurna (homogen) dan jikaa temperaturenya telah
melewati temperature kritis maka sistem larutan tersebut akan ke
kembali dalam kondisi
bercampur sebagian lagi.
l
Salah satu contoh dari temperature timbal balik adalah
kelarutan fenol dalam
am air yang membentuk kurva parabola yan
yang berdasarkan pada
bertambahnya % fenol
ol dalam setiap perubahan temperature baikk di
d bawah temperature
kritis (Dogra SK & Dogra
ra S, 2008 ).
Kelarutan dapatt dibagi
d
menjadi tiga macam, yaitu:
1.
Larut sempurnaa ((completely miscible), seperti air dan alkohol.
ol.
2.
Larut sebagian (ppartially miscible), seperti air dan eter; air dan
an fenol.
3.
Tidak larut (comp
mpletely immiscible), seperti air dan minyak.
(Sarah, 2013).
Istilah "tak larut
rut" (insoluble) sering diterapkan pada senya
nyawa yang sulit larut,
walaupun sebenarnyaa hanya
h
ada sangat sedikit kasus yang benar-bbenar tidak ada bahan
yang terlarut. Dalam beberapa
b
kondisi, titik kesetimbangan kelar
larutan dapat dilampaui
untuk menghasilkan suatu
sua larutan yang disebut lewat jenuh yang metastabil
me
(Sarah, 2013).
Sistem biner fen
fenol - air merupakan sistem yang memperlih
rlihatkan sifat kelarutan
timbal balik antara fenol
fen dan air pada suhu tertentu dan tekanan
an tetap. Disebut sistem
biner karena jumlah komponen
ko
campuran terdiri dari dua zat yaitu
aitu fenol dan air. Fenol
dan air kelarutanya ak
akan berubah apabila dalam campuran itu ditambahan
d
salah satu
komponen penyusunny
nya yaitu fenol atau air (Widiyanti, 2013).
T
L1
L2
A2
B2
A1
T2
T1
B1
T0
XA = 1
XC
Mol Fraksi
XF = 1
Gam
ambar II.1 Kurva Komposisi Campuran Fenol
ol Air
L1 adalah fenol dalam
lam air, L2 adalah air dalam fenol, XA dan XF masing-masing adalah
mol fraksi air dan mol
ol ffraksi fenol, XC adalah mol fraksi komponen
en pada suhu kritis (TC).
Sistem ini mempunyai
ai suhu kritis (TC) pada tekanan tetap, yaitu suhu
suh minimum pada saat
dua zat bercampur secara
se
homogen dengan komposisi CC. Pa
Pada suhu T1 dengan
komposisi di antara A1 dan B1 atau pada suhu T2 dengan komposis
sisi di antara A2 dan B2,
sistem berada pada dua fase (keruh). Sedangkan di luar daerah kurva
ku
(atau diatas suhu
kritisnya, TC), sistem be
berada pada satu fasa (jernih) (Hougen, 1954).
Jika temperature dari
da dalam kelarutan fenol aquadest dinaikka
kkan di atas 50°C maka
komposisi larutan dari
ari sistem larutan tersebut akan berubah. Kandu
ndungan fenol dalam air
untuk lapisan atas akan
kan bertambah (lebih dari 11,8 %) dan kandun
ungan fenol dari lapisan
bawah akan berkurang
ng (kurang dari 62,6 %). Pada saat suhu kela
elarutan mencapai 66°C
maka komposisi sistem
em larutan tersebut menjadi seimbang dan kedu
eduanya dapat dicampur
dengan sempurna. Tem
emperature kritis adalah kenaikan temperature
re tertentu dimana akan
diperoleh komposisi larutan
lar
yang berada dalam kesetimbangan (Hou
ougen, 1954).
Faktor yang mempen
pengaruhi kelarutan :
1. Sifat dari solute dan
an solvent
Solut yang polar akan
ak larut dalam solvent yang polar pula. Misalnya
M
garam-garam
anorganik larut dala
alam air. Solute yang nonpolar larut dalam solvent
s
yang nonpolar
pula. Misalnya alkal
kaloid basa (umumnya senyawa organik) larutt ddalam kloroform.
2. Cosolvensi
Cosolvensi adalah peristiwa
p
kenaikan kelarutan suatu zat karena
ena adanya penambahan
pelarut lain atau mod
odifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak larut
rut dalam air, tetapi larut
dalam campuran air dan gliserin atau solutio petit.
3. Kelarutan
Zat yang mudah larut
la
memerlukan sedikit pelarut, sedangkan
an zat yang sukar larut
memerlukan banyak
ak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digu
igunakan dalam farmasi
umumnya adalah :
a. Dapat larut dalam
am air
Semua garam klo
klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Sem
emua garam nitrat larut
kecuali nitrat base
ase. Semua garam sulfat larut kecuali BaSO4, PbSO
P
4, CaSO4.
b. Tidak larut dalam
am air
Semua garam karbonat
ka
tidak larut kecuali K2CO3, Na2CO
O3. Semua oksida dan
hidroksida tidakk larut kecuali KOH, NaOH, BaO, Ba(OH)2. semua garam phosfat
tidak larut kecual
uali K3PO4, Na3PO3.
4. Temperature
kan, zat padat tersebut
Zat padat umumnyya bertambah larut bila suhunya dinaikkan
dikatakan bersifat endoterm,
en
karena pada proses kelarutannya membutuhkan
me
panas.
5. Salting Out
Salting Out adalahh peristiwa adanya zat terlarut tertentu yangg mempunyai kelarutan
lebih besar dibandin
ding zat utama, akan menyebabkan penurunan
nan kelarutan zat utama
atau terbentuknyaa endapan
e
karena ada reaksi kimia. Contohny
nya : kelarutan minyak
atsiri dalam air akan
an turun bila kedalam air tersebut ditambahkan
an larutan NaCl jenuh.
6. Salting In
ad
zat terlarut tertentu yang menyebabkan
kan kelarutan zat utama
Salting in adalah adanya
dalam solvent menja
njadi lebih besar. Contohnya : Riboflavin tidak
ak larut dalam air tetapi
larut dalam larutann yyang mengandung Nicotinamida.
7. Pembentukan Komp
mpleks
Pembentukan kompl
pleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara
ant
senyawa tak larut
dengan zat yang larut
laru dengan membentuk garam kompleks. Con
ontohnya : Iodium larut
dalam larutan KI atau
ata NaI jenuh. Kecepatan kelarutan dipengaruh
ruhi oleh :
a. Ukuran partikel
el : Makin halus solute, makin kecil ukuran
ran partikel makin luas
permukaan solute
ute yang kontak dengan solvent, solute makinn cepat
ce larut.
b. Suhu : Umumnya
ya kenaikan suhu menambah kenaikan kelarutaan solute.
c. Pengadukan.
8. Tekanan
Tekanan tidak beg
egitu berpengaruh terhadap daya larut zatt pada zat cair, tetapi
berpengaruh pada da
daya larut gas
(Sukardjo, 2002).
Daya larut suatu zat
at dalam zat lain dipengaruhi oleh :
1. Jenis pelarut dan zat terlarut.
Zat-zat dengan stru
truktur kimia yang mirip, umumnya dapat saling
sa
bercampur baik
sedang yang tidakk bbiasanya sukar bercampur. Air dan alkohol
ol bercampur sempurna
(completely misible), air dan eter bercampur sebagian (partially
lly miscible), sedang air
dan minyak sama se
sekali tidak bercampur (completely immiscible
le).
2. Temperature
Kebanyakan zat pa
padat menjadi lebih banyak larut ke dalam
lam suatu cairan, bila
temperature dinaikk
ikkan, misalnya kaliumnitrat (KNO3) dalam
m air, namun terdapat
beberapa zat padat
at yang
y
kelarutannya menurun bila temperatur
ture dinaikkan misalnya
pembentukan larutan
tan air dari serium sulfat (Ce2(SO4)3). Gas dalam
da
cairan kelarutan
suatu gas dalam suat
uatu cairan biasanya menurun dengan naiknyaa temperature. Tekanan
tidak begitu berpeng
ngaruh terhadap daya larut zat pada zat cair, tetapi
tet berpengaruh pada
daya larut gas.
(Sukardjo, 2002)
Jenis-jenis larutan ya
yang penting ada 4, yaitu :
1. Larutan gas dalam ggas
Gas dengan gas selalu
sel
bercampur sempurna membentuk larut
rutan. Sifat-sifat larutan
adalah aditif, asal tekanan
tek
total tidak terlalu besar.
2. Larutan gas dalam ccair
Tergantung pada jenis
jen gas, jenis pelarut, tekanan dan temperatur
ture. Daya larut N2, H2,
O2 dan He dalam aair, sangat kecil. Sedangkan HCl dan NH3 sangat besar. Hal ini
disebabkan karenaa ggas yang pertama tidak bereaksi dengan air, sedangkan gas yang
kedua bereaksi sehi
ehingga membentuk asam klorida dan ammon
onium hidroksida. Jenis
pelarut juga berpeng
engaruh, misalnya N2, O2, dan CO2 lebih muda
dah larut dalam alkohol
daripada dalam air,
ir, sedangkan NH3 dan H2S lebih mudah larut
laru dalam air daripada
alkohol.
3. Larutan cairan dalam
am cairan
Bila dua cairan dicam
campur, zat ini dapat bercampur sempurna, berc
ercampur sebagian, atau
tidak sama sekalii bercampur.
b
Daya larut cairan dalam cairan
an tergantung dari jenis
cairan dan temperat
rature. Contohnya, zat-zat yang mirip daya larutnya
lar
besar.BenzenaToluena, Air-Alkoh
ohol, Air-Metil. Zat-zat yang berbeda tidakk dapat
d
bercampur AirNitro Benzena, Air--Kloro Benzena.
4. Larutan zat padat da
dalam cairan
Daya larut zat pad
padat dalam cairan tergantung jenis zat terlarut,
te
jenis pelarut,
temperature, dan sedikit
se
tekanan. Batas daya larutnya adalah
lah konsentrasi larutan
jenuh. Konsentrasi
si larutan jenuh untuk bermacam-macam zat
z dalam air sangat
berbeda, tergantung
ng jenis zatnya. Umumnya daya larut zat-zatt organik
or
dalam air lebih
besar daripada dalam
lam pelarut-pelarut organik. Umumnya daya larut
la bertambah dengan
naiknya temperature
ure karena kebanyakan zat mempunyai panas pelarutan
pe
positif
(Sukardjo, 2002).
Ada dua macam laru
arutan, yaitu :
1. Larutan homogen,, yyaitu apabila dua macam zat dapat membent
entuk suatu larutan yang
susunannya begituu sseragam sehingga tidak dapat diamati adany
nya bagian-bagian yang
berlainan, bahkan ddengan mikroskop optis sekalipun. Atau larutan
lar
dapat dikatakan
dapat bercampur sec
secara seragam (miscible).
2. Larutan heterogen,
n, yaitu apabila dua macam zat yang berca
rcampur masih terdapat
permukaan-permuka
kaan tertentu yang dapat terdeteksi antara bag
agian- bagian atau fasefase yang terpisah.
(Sukardjo, 2002)
Larutan heterogen da
dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
a. Insoluble, yaitu jika
ka kelarutannya sangat sedikit, yaitu kurang dari
dar 0,1 gram zat terlarut
dalam 1000 gram pe
pelarut. Misalnya, kaca dalam air.
b. Immisable, yaitu jika kedua satu ke dalam zat yang lain. Misalnya
nya, minyak dalam air.
(Sukardjo, 2002)
Selain itu ada be
beberapa jenis larutan diantaranya sebagai beri
erikut :
A. Larutan Elektrolit
Berdasarkan kemam
ampuan menghantarkan arus listrik (dida
idasarkan
pada
daya
ionisasi), larutan dibagi
d
menjadi dua, yaitu larutan elektroli
rolit, yang terdiri dari
elektrolit kuat dan
an elektrolit lemah serta larutan non-elektro
trolit. Larutan elektrolit
adalah larutan yang
ng dapat menghantarkan arus listrik, seda
edangkan larutan nonelektrolit adalah laru
arutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik.
list
Larutan elektrolit
dibagi dua, yaitu :
olit Kuat
a. Larutan Elektrolit
Larutan elektroli
olit kuat adalah larutan yang mempunyai daya
day hantar arus listrik,
karena zat terlaru
arut yang berada didalam pelarut (biasanya air),
air seluruhnya dapat
berubah menjadi
adi ion-ion dengan harga derajat ionisasi adala
alah satu (α = 1). Yang
tergolong elektrol
trolit kuat adalah :
•
Asam kuat, antara
an
lain: HCl, HClO3, HClO4, H2SO4, HNO
O3 dan lain-lain.
•
Basa kuat, yaitu
ya
basa-basa golongan alkali dan alkali tanah,
t
antara lain
NaOH, KOH,
H, Ca(OH)2, Mg(OH)2, Ba(OH)2 dan lain-lain.
•
Garam-garam
m yang mempunyai kelarutan tinggi, antara
ra lain : NaCl, KCl, KI,
Al2(SO4)3 dan
an lain-lain.
b. Larutan Elektrolit
olit Lemah
Larutan elektrol
rolit lemah adalah larutan yang mampu
pu menghantarkan arus
listrik dengan daya
d
yang lemah, dengan harga derajatt io
ionisasi lebih dari nol
tetapi kurang dari
ari satu (0 < α < 1). Yang tergolong elektrolitt lemah
le
adalah:
•
Asam lemah
ah, antara lain: CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S dan lain-lain.
•
Basa lemah,
h, antara lain: NH4OH, Ni(OH)2 dan lain-lain.
•
Garam-garam
ram yang sukar larut, antara lain: AgCl, CaCrO
rO4, PbI2 dan lain-lain.
(Ratna, 2009)
B. Larutan non-Elektro
trolit
Larutan non-elektro
ktrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan
me
arus
listrik, hal ini diseb
isebabkan karena larutan tidak dapat menghasi
asilkan ion-ion (tidak
meng-ion). Yang termasuk
ter
dalam larutan non elektrolit antara lain
lai :
•
Larutan urea
•
Larutan sukrosa
•
Larutan glukosa
•
Larutan alkoholl dan
d lain-lain
(Ratna, 2009)
Campuran terdiri
iri dari beberapa jenis. Di lihat dari fasenya, pada
p
sistem biner –air,
terdapat 2 jenis camp
mpuran yang dapat berupah pada kondisi
si tertentu. Suatu fase
didefenisikan sebagai
ai bagian sistem yang seragam atau homog
ogen diantara keadaan
submakroskopiknya,, te
tetapi benar – benar terpisah dari bagian ssistem yang lain oleh
batasan yang jelas dan
da baik. Campuran padatan atau dua caira
airan yang tidak saling
bercampur dapat mem
embentuk fase terpisah. Sedangkan campuran
ran gas-gas adalah satu
fase karena sistemnyaa yang
y
homogen (Sukardjo, 2003).
Kelarutan timbal
al balik adalah kelarutan dari suatu larutan yan
ang bercampur sebagian
bila temperaturenya dibawah
d
temperature kritis. Temperature kritis
k
adalah kenaikan
II-8
temperature tertentu
tu dimana akan diperoleh komposisi yang
y
berada dalam
kesetimbangan. Jika mencapai
me
temperature kritis, maka larutan ters
ersebut dapat bercampur
sempurna (homogen)) dan jika temperaturenya telah melewati temperature
tem
kritis maka
sistem larutan tersebut
ut akan kembali dalam kondisi bercampur seb
ebagian lagi. Salah satu
contoh dari temperatur
ture timbal balik adalah kelarutan fenol dalam
am air yang membentuk
kurva parabola yang bberdasarkan pada bertambahnya % fenol dalam
da
setiap perubahan
temperature baik di bawah
b
temperature kritis. Jika temperature dari dalam kelarutan
fenol aquadest dinaik
aikkan di atas 50°C maka komposisi larutan
tan dari sistem larutan
tersebut akan berubah.
ah. Kandungan fenol dalam air untuk lapisan
an atas akan bertambah
(lebih dari 11,8 %) dan
an kandungan fenol dari lapisan bawah akan berkurang
b
(kurang dari
62,6 %). Pada saat suhu
uhu kelarutan mencapai 66°C maka komposisi
si ssistem larutan tersebut
menjadi seimbang dan
an keduanya dapat dicampur dengan sempurna.
a. (Sukardjo, 2003)
Air dalam fenol itu sendiri merupakan partially miscible (larutan
(lar
yang bercampur
sebagian). Jika mencam
ampur zat cair yang demikian, maka akan kita
ita dapatkan dua lapisan.
Misalnya kita campur dalam
d
air, maka pada bagian bawah di perole
oleh dalam air dan pada
bagian atasnya diperole
oleh air dalam . Pada suhu 200C, lapisan bawah
ah berisi 91,6% air dan
sisanya 8,4% , sedangk
gkan bagian atasnya berisi 27,8% air dan sisan
anya 72,2% . Persentase
ini tetap selama temper
perature tetap, tetapi banyaknya relatif masing
ing-masing bagian tidak
sama, karena hal ini tergantung dari banyaknya zat mula-mu
mula. Jika temperature
dinaikkan, maka dayaa campur
c
kedua cairan bertambah dan pada cairan
ca
65,850C berubah
menjadi homogen. Dia
Diatas temperature tersebut dinamakan denga
ngan temperature kritis
atau temperature consu
nsulate (Karyadi, 2002).
Kelarutan adalahh banyaknya
b
zat yang melarut dalam suatu kua
uantitas tertentu pelarut
untuk menghasilkan lar
larutan jenuh (gram zat terlarut/100 cm3 pelaru
rut). Dalam hal ini yang
menjadi zat yang terla
rlarut (solute) adalah fenol, sedangkan pelarut
rut (solvent) adalah air.
Fenol atau asam karbol
olat atau benzenol adalah zat kristal tak berwar
arna yang memiliki bau
khas. Rumus kimia feno
enol adalah C6H5OH (Wikipedia, 2013).
Antar molekul fenol
fen (C6H5OH) terdapat ikatan hidrogen, se
sehingga titik didihnya
relatif tinggi. Fenol dan
da beberapa turunannya sukar larut dalam ai
air. Hal yang istimewa
dijumpai pada senyawa
wa o-nitrofenol, yaitu terbentuknya ikatan hidrogen
hid
antara gugus –
NO2 dan gugus –OH yyang letaknya berdekatan. Keadaan pada o-ni
nitrofenol semacam itu
mempengaruhi volatilit
itas dan kelarutannya dalam air (Isep Abdul Mali
alik, 2012).
Fenol (C6H5OH)) llebih bersifat asam daripada etanol (C2H5O). Bila dalam fenol
terdapat substituen halogen
hal
atau gugus –NO2, maka keasamannya
nya meningkat. Sebagai
asam lemah, fenol dap
apat bereaksi dengan basa kuat dan menghasil
silkan garam yang larut
dalam air. Di sampi
ping itu, fenol dapat membentuk ester (sintesis
(s
Williamson),
membentuk ester, men
engalami substitusi elektrofilik pada inti, serta
ser reaksi-reaksi yang
khas (reaksi Kolbe, reaksi
re
Reimer-Tiemann, reaksi polimerisasii ddengan formaldehida)
(Isep Abdul Malik, 2012).
Gambar II.2 Struktur Molekul Fenol
Senyawa fenol dibe
ibedakan atas dua jenis utama yaitu :
A. Berdasarkan jalurr ppenbuatannya
1. Senyawa fenoll yang
y
berasal dari asam shikimat atau jalur shi
shikimat
2. Senyawa fenoll yang
y
berasal dari aseta malonat
3. Ada juga senyaw
awa fenol yang berasal dari kombinasi antaraa kkedua jalur biosintesa
`
ini yaitu senyaw
awa-senyawa flavonoid.
(Fatma Saputri, 2010)
10).
B. Berdasarkan jumlah
ah atom hidrogen yang dapat diganti oleh gugus
gus hidroksil maka ada
tiga golongan senyaw
yawa fenol yaitu :
1. Fenol monofalen
en
Jika satu atom H ddari inti aromatik diganti oleh satu gugusann OH.
O
2. Fenol divalent
Adalah senyawa yang diperoleh bila dua atom hidrogen padaa inti
i aromatik diganti
dengan dua gugus
gus hidroksil. Dan merupakan fenol bervalensi
si dua.
d
3. Fenol trifalen
Adalah senyawaa yang diperoleh bila tiga atom hidrogen padaa inti
i aromatik diganti
dengan tiga gugu
gus hidroksil.
Contoh –contohh senyawa
s
fenol :
1. Senyawa fenoll sederhana
se
2. Lignan, Neoligna
gnan, Lignin
3. Stilbena
4. Naftokinon
5. Antrakinon
6. Flavonoid
7. Antosian
8. Tanin
9. Kumarin
nton
10. Kromon & Xanto
(Fatma Saputri, 2010)
Fenol dapat digu
igunakan sebagai antiseptik seperti yang diguna
unakan Sir Joseph Lister
saat mempraktikkan pembedahan
p
antiseptik. Fenol merupakan komponen
ko
utama pada
anstiseptik dagang, triklorofenol
trik
atau dikenal sebagai TCP (trichlo
hlorophenol). Fenol juga
merupakan bagian kom
omposisi beberapa anestitika oral, misalnyaa semprotan
s
kloraseptik
(Wikipedia, 2013).
Fenol berfungs
gsi dalam pembuatan obat-obatan (bagian dari
d
produksi aspirin,
pembasmi rumput liar
liar, dan lainnya. Selain itu fenol juga berf
erfungsi dalam sintesis
senyawa aromatis yan
ang terdapat dalam batu bara. Turunan senyawa
sen
fenol (fenolat)
banyak terjadi secaraa alami
a
sebagai flavonoid alkaloid dan senya
yawa fenolat yang lain.
Contoh dari senyawaa fenol adalah eugenol yang merupakan minyak
m
pada cengkeh
(Wikipedia, 2013).
Fenol yang terk
erkonsentrasi dapat mengakibatkan pembakara
aran kimiawi pada kulit
yang terbuka (Wikipedia,
ia, 2013).
Penyuntikan fenol
fen juga pernah digunakan pada eksekusii m
mati. Penyuntikan ini
sering digunakan pada
da masa Nazi, Perang Dunia II. Suntikan fenol
ol diberikan pada ribuan
orang di kamp-kampp konsentrasi, terutama di Auschwitz-Birken
kenau. Penyuntikan ini
dilakukan oleh dokter ke vena (intravena) di lengan dan jantung. Pe
Penyuntikan ke jantung
dapat mengakibatkan kematian
k
langsung (Wikipedia, 2013).
Air adalah seny
enyawa yang penting bagi semua bentuk kehid
hidupan yang diketahui
sampai saat ini di Bum
mi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi ha
hampir 71% permukaan
Bumi. Terdapat 1,4 triliun
tril
kilometer kubik (330 juta mil) tersedia
ia di
d Bumi. Air sebagian
besar terdapat di laut (air
(a asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutu
utub dan puncak-puncak
gunung), akan tetapii juga
ju dapat berbentuk sebagai awan, hujan, sungai,
su
muka air tawar,
danau, uap air, dan lautan
lau
es. Air dalam obyek-obyek tersebut berg
ergerak mengikuti suatu
siklus air, yaitu: mela
elalui penguapan, hujan, dan aliran air dii aatas permukaan tanah
(meliputi mata air, su
sungai, muara) menuju laut. Air bersih pen
penting bagi kehidupan
manusia (Wikipedia, 2013
13).
Di banyak temp
mpat di dunia terjadi kekurangan persediaan
an air. Selain di Bumi,
sejumlah besar air juga
uga diperkirakan terdapat pada kutub utara dan selatan planet Mars,
serta pada bulan-bulan
lan Europa dan Enceladus. Air dapat berwujud
jud padatan (es), cairan
(air) dan gas (uap air)
ir). Air merupakan satu-satunya zat yang secara
sec
alami terdapat di
permukaan Bumi dalam
alam ketiga wujudnya tersebut. Pengelolaan sumber
s
daya air yang
kurang baik dapat meny
enyebakan kekurangan air, monopolisasi sertaa privatisasi
p
dan bahkan
menyulut konflik. Indo
donesia telah memiliki undang-undang yang mengatur
m
sumber daya
air sejak tahun 2004,, yakni
y
Undang Undang nomor 7 tahun 20044 tentang Sumber Daya
Air (Wikipedia, 2013).
Menurut kimia
ia fisika air adalah substansi kimia dengan rumus
rum kimia H2O: Satu
molekul air tersusun at
atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen
ko
pada satu atom
oksigen. Air bersifat tid
tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau
au pada kondisi standar,
yaitu pada tekanan 100kPa
10
(1 bar) dan temperature 273,15K (0°C). Zat kimia ini
merupakan suatu pelar
larut yang penting, yang memiliki kemampu
puan untuk melarutkan
banyak zat kimia lain
ainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beb
beberapa jenis gas dan
banyak macam moleku
kul organik (Wikipedia, 2013).
Keadaan air ya
yang berbentuk cair merupakan suatu keadaa
daan yang tidak umum
dalam kondisi normal,
al, terlebih lagi dengan memperhatikan hubu
ubungan antara hidridahidrida lain yang mirip
irip dalam kolom oksigen pada tabel periodik
ik yang mengisyaratkan
bahwa air seharusny
snya berbentuk gas, sebagaimana hidroge
ogen sulfida. Dengan
memperhatikan tabell periodik,
p
terlihat bahwa unsur-unsur yangg mengelilingi oksigen
adalah nitrogen, flour
our, fosfor, sulfur, dan klor. Semua elemen
en-elemen ini apabila
berikatan dengan hidro
rogen akan menghasilkan gas pada temperature
ture dan tekanan normal.
Alasan mengapa hidro
rogen berikatan dengan oksigen membentukk fase berkeadaan cair,
adalah karena oksigen
en lebih bersifat elektronegatif dibandingkan
kan elemen-elemen lain
tersebut kecuali flor (Wikipedia,
(W
2013).
Tarikan atom ok
oksigen pada elektron-elektron ikatan jauh lebi
ebih kuat dari pada yang
dilakukan oleh atom hidrogen,
h
meninggalkan jumlah muatan pos
ositif pada kedua atom
hidrogen, dan jumlahh muatan
m
negatif pada atom oksigen. Adanyaa muatan pada tiap-tiap
atom tersebut membuat
uat molekul air memiliki sejumlah momen dipo
ipol. Gaya tarik-menarik
listrik antar molekul--molekul air akibat adanya dipol ini mem
embuat masing-masing
molekul saling berdeka
ekatan, membuatnya sulit untuk dipisahkan dan
da yang pada akhirnya
menaikkan titik didih
ih air. Gaya tarik-menarik ini disebut seba
ebagai ikatan hidrogen
(Wikipedia, 2013).
Air sering dise
isebut sebaga pelarut universal karena air melarutkan
m
banyak zat
kimia. Air berada dala
alam kesetimbangan dinamis antara fase cair
air dan padat di bawah
tekanan dan temperatu
ature standar. Dalam bentuk ion, air dapatt dideskripsikan
d
sebagai
sebuah ion hidrogen (H
H+) yang berikatan dengan sebuah ion hidroks
oksida (OH-). Tingginya
konsentrasi kapur terla
rlarut membuat warna air dari Air Terjun Hav
avasu terlihat berwarna
turquoise (Wikipedia, 201
013).
\
Tabe
bel II.1 Tetapan Fisik Air pada Temperature Tertentu
T
0o
20o
50o
100o
Massa jenis (g/cm3)
0.99987
0.99823
0.9
0.9981
0.9584
Panas jenis (kal/g•oC)
1.0074
0.9988
0.9
0.9985
1.0069
586.0
5
569.0
539.0
Kalor uap (kal/g)
597.3
Konduktivitas
o
termal (kal/cm•s• C)
Tegangan
permukaan (dyne/cm)
m)
Laju viskositas (g/cm
m•s)
Tetapan dielektrik
1.39 × 10-3
1.40 × 10-3
75.64
72.75
178.34 × 10-4
100.9 × 10-4
87.825
80.8
1.52
.52 × 10-3 1.63 × 10-3
6
67.91
58.80
54.9
4.9 × 10-4 28.4 × 10-4
69
69.725
55.355
(Wikipedia, 2013)
Molekul air dapat
da
diuraikan menjadi unsur-unsur asalnya
ya dengan mengalirinya
arus listrik. Proses ini disebut elektrolisis air. Pada katode, dua
ua molekul air bereaksi
dengan menangkap dua
du elektron tereduksi menjadi gas H2 dann ion
i hidroksida (OH-).
Sementara itu pada anode,
a
dua molekul air lain terurai menjad
jadi gas oksigen (O2),
melepaskan 4 ion H+ serta
s
mengalirkan elektron ke katode. Ion H+ dan OH- mengalami
netralisasi sehingga terbentuk
ter
kembali beberapa molekul air. Rea
eaksi keseluruhan yang
setara dari elektrolisis
is aair dapat dituliskan sebagai berikut:
H2O(l)
2H2(g)
O2(g)
(Wikipedia, 2013)`
Gas hidrogen dan
da oksigen yang dihasilkan dari reaksi ini m
membentuk gelembung
pada elektrode dan dapat
d
dikumpulkan. Prinsip ini kemudian
an dimanfaatkan untuk
menghasilkan hidrogen
gen dan hidrogen peroksida (H2O2) yang dap
apat digunakan sebagai
bahan bakar kendaraan
an hidrogen. Air adalah pelarut yang kuat, me
melarutkan banyak jenis
zat kimia. Zat-zat yan
ang bercampur dan larut dengan baik dalam
m air (misalnya garamgaram) disebut sebagai
gai zat-zat "hidrofilik" (pencinta air), dan zat--zat yang tidak mudah
tercampur dengan airr (misalnya
(
lemak dan minyak), disebut sebaga
agai zat-zat "hidrofobik"
(takut-air). Kelarutann suatu
s
zat dalam air ditentukan oleh dapat
at tidaknya zat tersebut
menandingi kekuatann gaya
g
tarik-menarik listrik (gaya intermoleku
ekul dipol-dipol) antara
molekul-molekul air.. Jika
J
suatu zat tidak mampu menandingi gay
aya tarik-menarik antar
molekul air, molekul--molekul zat tersebut tidak larut dan akan mengendap dalam air
(Wikipedia, 2013).
Air menempel
el pada sesamanya (kohesi) karena air bersifa
ifat polar. Air memiliki
sejumlah muatan parsia
rsial negatif (σ-) dekat atom oksigen akibat pasangan
pa
elektron yang
(hampir) tidak digunak
akan bersama, dan sejumlah muatan parsial positif
po
(σ+) dekat atom
oksigen. Dalam air ha
hal ini terjadi karena atom oksigen bersifat
ifat lebih elektronegatif
dibandingkan atom hidrogen
hid
yang berarti, atom oksigen memiliki
ki lebih
l
"kekuatan tarik"
pada elektron-elektron
on yang dimiliki bersama dalam molekul, men
enarik elektron-elektron
lebih dekat ke arahnya
ya (juga berarti menarik muatan negatif elekt
ektron-elektron tersebut)
dan membuat daerah ddi sekitar atom oksigen bermuatan lebih nega
gatif ketimbang daerahdaerah di sekitar kedu
edua atom hidrogen. Air memiliki pula sifa
ifat adhesi yang tinggi
disebabkan oleh sifatt aalami kepolarannya. Air memiliki tegangann permukaan
p
yang besar
yang disebabkan oleh
eh kuatnya sifat kohesi antar molekul-molek
lekul air. Hal ini dapat
diamati saat sejumlah
ah kecil air ditempatkan dalam sebuah permu
mukaan yang tak dapat
terbasahi atau terlarutk
utkan (non-soluble). Air tersebut akan berku
kumpul sebagai sebuah
tetesan. Di atas sebuah
ah permukaan gelas yang amat bersih atau bep
epermukaan amat halus
air dapat membentukk suatu
s
lapisan tipis (thin film) karena gayaa ttarik molekular antara
gelas dan molekul air
ir (gaya
(
adhesi) lebih kuat ketimbang gaya kohesi
koh antar molekul air
(Wikipedia, 2013).
1. Sifat-sifat fenol :
a. Mengandung gugu
ugus OH, terikat pada sp2-hibrida
b. Mempunyai titik
ik didih
d
yang tinggi
c. Mempunyai rumuus molekul C6H6O atau C6H5OH
d. Fenol larut dalam
m pelarut organik
e. Berupa padatan (k
(kristal) yang tidak berwarna
f. Mempunyai massa
ssa molar 94,11 gr/mol
g. Mempunyai titik
ik didih
d
181,9°C
h. Mempunyai titik
ik beku
b
40,9°C
(Fatma Saputri, 2010)
2. Sifat-sifat air:
Sifat-sifat air antara lain :
a. Air bersifat tidak
dak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa
sa pada kondisi standar,
yaitu pada tekan
anan 100kPa (1bar) dan temperature 273,15K
K (0°C).
(
b. Air merupakann suatu pelarut yang penting, yang memilik
iliki kemampuan untuk
melarutkan banya
nyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam,, gula, asam, beberapa
jenis gas dan bany
anyak macam pelarut organik.
c. Air menempell pada
p
sesamanya (kohesi) karena air bers
ersifat polar. Air juga
mempunyai sifat
at adesi yang tinggi disebabkan oleh sifat alami
mi kepolarannya.
d. Air memiliki tegangan
teg
permukaan yang besar yang diseb
isebabkan oleh kuatnya
sifat kohesi antar
tar molekul-molekul air.
e. Mempunyai mas
assa molar: 18,0153gr/mol. Air mempuny
unyai densitas sebesar
0,998gr/cm3 (ber
berupa fase cairan pada 20°C), dan mempun
punyai densitas sebesar
0,92gr/cm3 (beru
erupa fase padatan). Mempunyai titik leburr 0°C, 273,15K, 32°F.
Mempunyai titik
tik didih: 100°C, 373,15K, 212°F. Kalor jenis
is air
a yaitu 4184J/(kg.K)
berupa cairan pad
ada 20°C.
(Wikipedia, 2013)
Temperature kritis
is atas Tc adalah batas atas temperature dima
mana terjadi pemisahan
fase.
Diatas
temp
emperature
bercampur.Temperatur
ture
batas
atas,
kedua
komp
mponen
benar-benar
ini ada gerakan termal yang lebihh besar
menghasilkan
kemampuan campur ya
yang lebih besar pada kedua komponen (Atkinss P
PW, 1999).
Untuk memperoleh
eh temperature kritis, maka diperlukan suhu
hu rata-rata dan persen
berat dari setiap percob
cobaan yaitu:
2
Keterangan :
T0C
= Temperatu
ature rata-rata
T10C
= Temperatu
ature pada saat larutan jernih
T20C
= Temperatu
ature pada saat larutan keruh
%BP
BM Terlarut
BM Larutan
x 100%
Keterangan :
% BP
= Persen
Pe
berat
BM Terlarut
= Massa
Ma
(gr)
BM Larutan
= Massa
Ma
+ Massa Air/Massa HCl (gr)
(Sukardjo, 2002)
Campuran liquid
id-liquid partially miscible dibagi menja
njadi beberapa tipe,
yaitu:
aksimum
1. Tipe suhu kritis mak
Jenis ini terdapat dalam
da
campuran air anilin. Bila sedikit air ditambahkan
dita
pada anilin
diperoleh campuran
an air dalam anilin. Bila air ditambahkan terus
teru maka terdapat dua
lapisan yaitu air dalam
dal
anilin dan anilin dalam air. Jika penam
ambahan air diteruskan
maka akan diperole
oleh Larutan anilin dalam air. Selama terjadi
di dua lapisan, susunan
tetap tetapi banyakn
aknya masing-masing lapisan berubah. Padaa pemanasan
p
campuran,
suatu saat (titik B) kedua lapisan hilang membentuk campura
uran homogen. Titik B
disebut titik temperaature pelarutan kritis atau temperature consol
solute.
2. Tipe suhu kritis min
inimum
Campuran jenis ini terdapat pada campuran air-trietil amin,
in, dengan temperature
pelarutan kritis mini
inimal 18,50C. Selama temperature tetap (18,5
8,50C)susunan campuran
(air dengan trietil
il amin)
a
selalu tetap tidak mengalami peruba
bahan. Pada saat suhu
mencapai 500C camp
mpuran memiliki komposisi kira-kira antara 18
18,89 % sampai dengan
62,69 % berat.
3. Tipe suhu kritis min
inimum maksimum
Campuran ini terdap
dapat pada air-nikotin. Temperature kritis terd
erdapat pada 2080C dan
minimal terdapat pa
pada 60,80C. Pada titik C dan C’ terdapat pada
da 34% nikotin. Titik A
terdapat pada 94-95
950C dan titik B pada 121-1300C. Bila teka
ekanan dikenakan pada
cairan, titik C dan C’
C mendekat dan akhirnya menjadi homogen.
4. Tipe tanpa suhu krit
kritis larutan
Air dan eter bercam
ampur sebagian dalam segala perbandingan,, jjadi tidak mempunyai
temperature pelaruta
rutan kritis, baik maksimal maupun minimal.
l. U
Untuk campuran 1, 2,
dan 3 berat masing
ng-masing larutan dapat dicari dengan kaidah
ah campuran. Misalkan
pada 500C dicampu
purkan 40gram anilin dan 60gram air sehingg
gga diperoleh 100gram
campuran.
(Sukardjo, 2002)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
Larutan dapat didefinisikan sebagai campuran yang homogen, karena itu larutan
merupakan suatu sistem satu fase yang terdiri dari satu atau lebih komponen pengisinya.
Fase tersebut dapat berbentuk solid, liquid maupun gas. Pengertian campuran itu sendiri
dapat diartikan sebagai kumpulan dua atau lebih zat yang tidak bereaksi. Kemungkinan
bentuk campuran :
1. Campuran kasar yaitu campuran yang sifat maupun bentuknya sama dengan keadaan
murninya contoh campuran tanah dan pasir, gula dan garam, dan sebagainya.
2. Dispersi koloid yaitu campuran yang ukuran partikelnya 10-7 sampai 10-5cm yang
tidak dapat dipisahkan dengan filtrasi dan berada di antara larutan homogen dan
heterogen contoh larutan tanah liat dan air, sol Fe(OH)3 , dan sebagainya.
3. Larutan
sejati yaitu campuran yang homogen contohnya larutan gula dalam air,
garam dalam air, dan sebagainya
(Keenan, 1986).
Campuran kasar dan dispersi koloid disebut juga sebagai campuran heterogen dan
dapat dipisahkan secara mekanis, sedangkan larutan sejati yang bercampur secara
homogen tidak dapat dipisahkan secara mekanis (Keenan, 1986).
Fase merupakan bagian dari suatu sistem dimana sifat kimia dan fisisnya sama atau
homogen serta antara satu fase dengan fase lainnya betul-betul terpisah oleh batasan yang
baik dan jelas hingga dapat dipisahkan secara mekanis, seperti dengan penyaringan,
pengendapan dan sebagainya. Fase dapat terdiri dari material dalam jumlah yang besar
maupun kecil serta dapat dalam satu unit atau dapat dibagi dalam berbagai unit yang
lebih kecil (Keenan, 1986).
Sistem biner fenol – air merupakan sistem yang memperlihatkan sifat solubilitas
timbal balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan tetap. Solubilitas
(kelarutan) adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut
dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut
yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh.
Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut.
Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya
II-1
disebut miscible. Pelaru
larut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat
d
berupa zat murni
ataupun campuran (Keen
eenan, 1986).
Campuran terdiri
iri dari beberapa jenis. Di lihat dari fasenya, Pada
P
sistem biner fenol
–air, terdapat 2 jenis
is campuran
c
yang dapat berupah pada kondis
disi tertentu. Suatu fase
didefinisikan sebagai
ai bagian sistem yang seragam atau homoge
ogeni diantara keadaan
submakroskopiknya,, te
tetapi benar – benar terpisah dari bagian sistem
s
yang lain oleh
batasan yang jelas dan
da baik. Campuran padatan atau dua caira
airan yang tidak saling
bercampur dapat mem
embentuk fase terpisah. Sedangkan campuran
ran gas-gas adalah satu
fase karena sistemnya
ya yang homogen. Simbol umum untuk jumlah
lah fase adalah P (Dogra
SK & Dogra S, 2008 ).
Kelarutan timbal
al balik adalah kelarutan dari suatu larutan yan
ang bercampur sebagian
bila temperaturenya di bawah temperature kritis. Jika mencapai temperature
tem
kritis, maka
larutan tersebut dapat
at bercampur sempurna (homogen) dan jikaa temperaturenya telah
melewati temperature kritis maka sistem larutan tersebut akan ke
kembali dalam kondisi
bercampur sebagian lagi.
l
Salah satu contoh dari temperature timbal balik adalah
kelarutan fenol dalam
am air yang membentuk kurva parabola yan
yang berdasarkan pada
bertambahnya % fenol
ol dalam setiap perubahan temperature baikk di
d bawah temperature
kritis (Dogra SK & Dogra
ra S, 2008 ).
Kelarutan dapatt dibagi
d
menjadi tiga macam, yaitu:
1.
Larut sempurnaa ((completely miscible), seperti air dan alkohol.
ol.
2.
Larut sebagian (ppartially miscible), seperti air dan eter; air dan
an fenol.
3.
Tidak larut (comp
mpletely immiscible), seperti air dan minyak.
(Sarah, 2013).
Istilah "tak larut
rut" (insoluble) sering diterapkan pada senya
nyawa yang sulit larut,
walaupun sebenarnyaa hanya
h
ada sangat sedikit kasus yang benar-bbenar tidak ada bahan
yang terlarut. Dalam beberapa
b
kondisi, titik kesetimbangan kelar
larutan dapat dilampaui
untuk menghasilkan suatu
sua larutan yang disebut lewat jenuh yang metastabil
me
(Sarah, 2013).
Sistem biner fen
fenol - air merupakan sistem yang memperlih
rlihatkan sifat kelarutan
timbal balik antara fenol
fen dan air pada suhu tertentu dan tekanan
an tetap. Disebut sistem
biner karena jumlah komponen
ko
campuran terdiri dari dua zat yaitu
aitu fenol dan air. Fenol
dan air kelarutanya ak
akan berubah apabila dalam campuran itu ditambahan
d
salah satu
komponen penyusunny
nya yaitu fenol atau air (Widiyanti, 2013).
T
L1
L2
A2
B2
A1
T2
T1
B1
T0
XA = 1
XC
Mol Fraksi
XF = 1
Gam
ambar II.1 Kurva Komposisi Campuran Fenol
ol Air
L1 adalah fenol dalam
lam air, L2 adalah air dalam fenol, XA dan XF masing-masing adalah
mol fraksi air dan mol
ol ffraksi fenol, XC adalah mol fraksi komponen
en pada suhu kritis (TC).
Sistem ini mempunyai
ai suhu kritis (TC) pada tekanan tetap, yaitu suhu
suh minimum pada saat
dua zat bercampur secara
se
homogen dengan komposisi CC. Pa
Pada suhu T1 dengan
komposisi di antara A1 dan B1 atau pada suhu T2 dengan komposis
sisi di antara A2 dan B2,
sistem berada pada dua fase (keruh). Sedangkan di luar daerah kurva
ku
(atau diatas suhu
kritisnya, TC), sistem be
berada pada satu fasa (jernih) (Hougen, 1954).
Jika temperature dari
da dalam kelarutan fenol aquadest dinaikka
kkan di atas 50°C maka
komposisi larutan dari
ari sistem larutan tersebut akan berubah. Kandu
ndungan fenol dalam air
untuk lapisan atas akan
kan bertambah (lebih dari 11,8 %) dan kandun
ungan fenol dari lapisan
bawah akan berkurang
ng (kurang dari 62,6 %). Pada saat suhu kela
elarutan mencapai 66°C
maka komposisi sistem
em larutan tersebut menjadi seimbang dan kedu
eduanya dapat dicampur
dengan sempurna. Tem
emperature kritis adalah kenaikan temperature
re tertentu dimana akan
diperoleh komposisi larutan
lar
yang berada dalam kesetimbangan (Hou
ougen, 1954).
Faktor yang mempen
pengaruhi kelarutan :
1. Sifat dari solute dan
an solvent
Solut yang polar akan
ak larut dalam solvent yang polar pula. Misalnya
M
garam-garam
anorganik larut dala
alam air. Solute yang nonpolar larut dalam solvent
s
yang nonpolar
pula. Misalnya alkal
kaloid basa (umumnya senyawa organik) larutt ddalam kloroform.
2. Cosolvensi
Cosolvensi adalah peristiwa
p
kenaikan kelarutan suatu zat karena
ena adanya penambahan
pelarut lain atau mod
odifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak larut
rut dalam air, tetapi larut
dalam campuran air dan gliserin atau solutio petit.
3. Kelarutan
Zat yang mudah larut
la
memerlukan sedikit pelarut, sedangkan
an zat yang sukar larut
memerlukan banyak
ak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digu
igunakan dalam farmasi
umumnya adalah :
a. Dapat larut dalam
am air
Semua garam klo
klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Sem
emua garam nitrat larut
kecuali nitrat base
ase. Semua garam sulfat larut kecuali BaSO4, PbSO
P
4, CaSO4.
b. Tidak larut dalam
am air
Semua garam karbonat
ka
tidak larut kecuali K2CO3, Na2CO
O3. Semua oksida dan
hidroksida tidakk larut kecuali KOH, NaOH, BaO, Ba(OH)2. semua garam phosfat
tidak larut kecual
uali K3PO4, Na3PO3.
4. Temperature
kan, zat padat tersebut
Zat padat umumnyya bertambah larut bila suhunya dinaikkan
dikatakan bersifat endoterm,
en
karena pada proses kelarutannya membutuhkan
me
panas.
5. Salting Out
Salting Out adalahh peristiwa adanya zat terlarut tertentu yangg mempunyai kelarutan
lebih besar dibandin
ding zat utama, akan menyebabkan penurunan
nan kelarutan zat utama
atau terbentuknyaa endapan
e
karena ada reaksi kimia. Contohny
nya : kelarutan minyak
atsiri dalam air akan
an turun bila kedalam air tersebut ditambahkan
an larutan NaCl jenuh.
6. Salting In
ad
zat terlarut tertentu yang menyebabkan
kan kelarutan zat utama
Salting in adalah adanya
dalam solvent menja
njadi lebih besar. Contohnya : Riboflavin tidak
ak larut dalam air tetapi
larut dalam larutann yyang mengandung Nicotinamida.
7. Pembentukan Komp
mpleks
Pembentukan kompl
pleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara
ant
senyawa tak larut
dengan zat yang larut
laru dengan membentuk garam kompleks. Con
ontohnya : Iodium larut
dalam larutan KI atau
ata NaI jenuh. Kecepatan kelarutan dipengaruh
ruhi oleh :
a. Ukuran partikel
el : Makin halus solute, makin kecil ukuran
ran partikel makin luas
permukaan solute
ute yang kontak dengan solvent, solute makinn cepat
ce larut.
b. Suhu : Umumnya
ya kenaikan suhu menambah kenaikan kelarutaan solute.
c. Pengadukan.
8. Tekanan
Tekanan tidak beg
egitu berpengaruh terhadap daya larut zatt pada zat cair, tetapi
berpengaruh pada da
daya larut gas
(Sukardjo, 2002).
Daya larut suatu zat
at dalam zat lain dipengaruhi oleh :
1. Jenis pelarut dan zat terlarut.
Zat-zat dengan stru
truktur kimia yang mirip, umumnya dapat saling
sa
bercampur baik
sedang yang tidakk bbiasanya sukar bercampur. Air dan alkohol
ol bercampur sempurna
(completely misible), air dan eter bercampur sebagian (partially
lly miscible), sedang air
dan minyak sama se
sekali tidak bercampur (completely immiscible
le).
2. Temperature
Kebanyakan zat pa
padat menjadi lebih banyak larut ke dalam
lam suatu cairan, bila
temperature dinaikk
ikkan, misalnya kaliumnitrat (KNO3) dalam
m air, namun terdapat
beberapa zat padat
at yang
y
kelarutannya menurun bila temperatur
ture dinaikkan misalnya
pembentukan larutan
tan air dari serium sulfat (Ce2(SO4)3). Gas dalam
da
cairan kelarutan
suatu gas dalam suat
uatu cairan biasanya menurun dengan naiknyaa temperature. Tekanan
tidak begitu berpeng
ngaruh terhadap daya larut zat pada zat cair, tetapi
tet berpengaruh pada
daya larut gas.
(Sukardjo, 2002)
Jenis-jenis larutan ya
yang penting ada 4, yaitu :
1. Larutan gas dalam ggas
Gas dengan gas selalu
sel
bercampur sempurna membentuk larut
rutan. Sifat-sifat larutan
adalah aditif, asal tekanan
tek
total tidak terlalu besar.
2. Larutan gas dalam ccair
Tergantung pada jenis
jen gas, jenis pelarut, tekanan dan temperatur
ture. Daya larut N2, H2,
O2 dan He dalam aair, sangat kecil. Sedangkan HCl dan NH3 sangat besar. Hal ini
disebabkan karenaa ggas yang pertama tidak bereaksi dengan air, sedangkan gas yang
kedua bereaksi sehi
ehingga membentuk asam klorida dan ammon
onium hidroksida. Jenis
pelarut juga berpeng
engaruh, misalnya N2, O2, dan CO2 lebih muda
dah larut dalam alkohol
daripada dalam air,
ir, sedangkan NH3 dan H2S lebih mudah larut
laru dalam air daripada
alkohol.
3. Larutan cairan dalam
am cairan
Bila dua cairan dicam
campur, zat ini dapat bercampur sempurna, berc
ercampur sebagian, atau
tidak sama sekalii bercampur.
b
Daya larut cairan dalam cairan
an tergantung dari jenis
cairan dan temperat
rature. Contohnya, zat-zat yang mirip daya larutnya
lar
besar.BenzenaToluena, Air-Alkoh
ohol, Air-Metil. Zat-zat yang berbeda tidakk dapat
d
bercampur AirNitro Benzena, Air--Kloro Benzena.
4. Larutan zat padat da
dalam cairan
Daya larut zat pad
padat dalam cairan tergantung jenis zat terlarut,
te
jenis pelarut,
temperature, dan sedikit
se
tekanan. Batas daya larutnya adalah
lah konsentrasi larutan
jenuh. Konsentrasi
si larutan jenuh untuk bermacam-macam zat
z dalam air sangat
berbeda, tergantung
ng jenis zatnya. Umumnya daya larut zat-zatt organik
or
dalam air lebih
besar daripada dalam
lam pelarut-pelarut organik. Umumnya daya larut
la bertambah dengan
naiknya temperature
ure karena kebanyakan zat mempunyai panas pelarutan
pe
positif
(Sukardjo, 2002).
Ada dua macam laru
arutan, yaitu :
1. Larutan homogen,, yyaitu apabila dua macam zat dapat membent
entuk suatu larutan yang
susunannya begituu sseragam sehingga tidak dapat diamati adany
nya bagian-bagian yang
berlainan, bahkan ddengan mikroskop optis sekalipun. Atau larutan
lar
dapat dikatakan
dapat bercampur sec
secara seragam (miscible).
2. Larutan heterogen,
n, yaitu apabila dua macam zat yang berca
rcampur masih terdapat
permukaan-permuka
kaan tertentu yang dapat terdeteksi antara bag
agian- bagian atau fasefase yang terpisah.
(Sukardjo, 2002)
Larutan heterogen da
dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
a. Insoluble, yaitu jika
ka kelarutannya sangat sedikit, yaitu kurang dari
dar 0,1 gram zat terlarut
dalam 1000 gram pe
pelarut. Misalnya, kaca dalam air.
b. Immisable, yaitu jika kedua satu ke dalam zat yang lain. Misalnya
nya, minyak dalam air.
(Sukardjo, 2002)
Selain itu ada be
beberapa jenis larutan diantaranya sebagai beri
erikut :
A. Larutan Elektrolit
Berdasarkan kemam
ampuan menghantarkan arus listrik (dida
idasarkan
pada
daya
ionisasi), larutan dibagi
d
menjadi dua, yaitu larutan elektroli
rolit, yang terdiri dari
elektrolit kuat dan
an elektrolit lemah serta larutan non-elektro
trolit. Larutan elektrolit
adalah larutan yang
ng dapat menghantarkan arus listrik, seda
edangkan larutan nonelektrolit adalah laru
arutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik.
list
Larutan elektrolit
dibagi dua, yaitu :
olit Kuat
a. Larutan Elektrolit
Larutan elektroli
olit kuat adalah larutan yang mempunyai daya
day hantar arus listrik,
karena zat terlaru
arut yang berada didalam pelarut (biasanya air),
air seluruhnya dapat
berubah menjadi
adi ion-ion dengan harga derajat ionisasi adala
alah satu (α = 1). Yang
tergolong elektrol
trolit kuat adalah :
•
Asam kuat, antara
an
lain: HCl, HClO3, HClO4, H2SO4, HNO
O3 dan lain-lain.
•
Basa kuat, yaitu
ya
basa-basa golongan alkali dan alkali tanah,
t
antara lain
NaOH, KOH,
H, Ca(OH)2, Mg(OH)2, Ba(OH)2 dan lain-lain.
•
Garam-garam
m yang mempunyai kelarutan tinggi, antara
ra lain : NaCl, KCl, KI,
Al2(SO4)3 dan
an lain-lain.
b. Larutan Elektrolit
olit Lemah
Larutan elektrol
rolit lemah adalah larutan yang mampu
pu menghantarkan arus
listrik dengan daya
d
yang lemah, dengan harga derajatt io
ionisasi lebih dari nol
tetapi kurang dari
ari satu (0 < α < 1). Yang tergolong elektrolitt lemah
le
adalah:
•
Asam lemah
ah, antara lain: CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S dan lain-lain.
•
Basa lemah,
h, antara lain: NH4OH, Ni(OH)2 dan lain-lain.
•
Garam-garam
ram yang sukar larut, antara lain: AgCl, CaCrO
rO4, PbI2 dan lain-lain.
(Ratna, 2009)
B. Larutan non-Elektro
trolit
Larutan non-elektro
ktrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan
me
arus
listrik, hal ini diseb
isebabkan karena larutan tidak dapat menghasi
asilkan ion-ion (tidak
meng-ion). Yang termasuk
ter
dalam larutan non elektrolit antara lain
lai :
•
Larutan urea
•
Larutan sukrosa
•
Larutan glukosa
•
Larutan alkoholl dan
d lain-lain
(Ratna, 2009)
Campuran terdiri
iri dari beberapa jenis. Di lihat dari fasenya, pada
p
sistem biner –air,
terdapat 2 jenis camp
mpuran yang dapat berupah pada kondisi
si tertentu. Suatu fase
didefenisikan sebagai
ai bagian sistem yang seragam atau homog
ogen diantara keadaan
submakroskopiknya,, te
tetapi benar – benar terpisah dari bagian ssistem yang lain oleh
batasan yang jelas dan
da baik. Campuran padatan atau dua caira
airan yang tidak saling
bercampur dapat mem
embentuk fase terpisah. Sedangkan campuran
ran gas-gas adalah satu
fase karena sistemnyaa yang
y
homogen (Sukardjo, 2003).
Kelarutan timbal
al balik adalah kelarutan dari suatu larutan yan
ang bercampur sebagian
bila temperaturenya dibawah
d
temperature kritis. Temperature kritis
k
adalah kenaikan
II-8
temperature tertentu
tu dimana akan diperoleh komposisi yang
y
berada dalam
kesetimbangan. Jika mencapai
me
temperature kritis, maka larutan ters
ersebut dapat bercampur
sempurna (homogen)) dan jika temperaturenya telah melewati temperature
tem
kritis maka
sistem larutan tersebut
ut akan kembali dalam kondisi bercampur seb
ebagian lagi. Salah satu
contoh dari temperatur
ture timbal balik adalah kelarutan fenol dalam
am air yang membentuk
kurva parabola yang bberdasarkan pada bertambahnya % fenol dalam
da
setiap perubahan
temperature baik di bawah
b
temperature kritis. Jika temperature dari dalam kelarutan
fenol aquadest dinaik
aikkan di atas 50°C maka komposisi larutan
tan dari sistem larutan
tersebut akan berubah.
ah. Kandungan fenol dalam air untuk lapisan
an atas akan bertambah
(lebih dari 11,8 %) dan
an kandungan fenol dari lapisan bawah akan berkurang
b
(kurang dari
62,6 %). Pada saat suhu
uhu kelarutan mencapai 66°C maka komposisi
si ssistem larutan tersebut
menjadi seimbang dan
an keduanya dapat dicampur dengan sempurna.
a. (Sukardjo, 2003)
Air dalam fenol itu sendiri merupakan partially miscible (larutan
(lar
yang bercampur
sebagian). Jika mencam
ampur zat cair yang demikian, maka akan kita
ita dapatkan dua lapisan.
Misalnya kita campur dalam
d
air, maka pada bagian bawah di perole
oleh dalam air dan pada
bagian atasnya diperole
oleh air dalam . Pada suhu 200C, lapisan bawah
ah berisi 91,6% air dan
sisanya 8,4% , sedangk
gkan bagian atasnya berisi 27,8% air dan sisan
anya 72,2% . Persentase
ini tetap selama temper
perature tetap, tetapi banyaknya relatif masing
ing-masing bagian tidak
sama, karena hal ini tergantung dari banyaknya zat mula-mu
mula. Jika temperature
dinaikkan, maka dayaa campur
c
kedua cairan bertambah dan pada cairan
ca
65,850C berubah
menjadi homogen. Dia
Diatas temperature tersebut dinamakan denga
ngan temperature kritis
atau temperature consu
nsulate (Karyadi, 2002).
Kelarutan adalahh banyaknya
b
zat yang melarut dalam suatu kua
uantitas tertentu pelarut
untuk menghasilkan lar
larutan jenuh (gram zat terlarut/100 cm3 pelaru
rut). Dalam hal ini yang
menjadi zat yang terla
rlarut (solute) adalah fenol, sedangkan pelarut
rut (solvent) adalah air.
Fenol atau asam karbol
olat atau benzenol adalah zat kristal tak berwar
arna yang memiliki bau
khas. Rumus kimia feno
enol adalah C6H5OH (Wikipedia, 2013).
Antar molekul fenol
fen (C6H5OH) terdapat ikatan hidrogen, se
sehingga titik didihnya
relatif tinggi. Fenol dan
da beberapa turunannya sukar larut dalam ai
air. Hal yang istimewa
dijumpai pada senyawa
wa o-nitrofenol, yaitu terbentuknya ikatan hidrogen
hid
antara gugus –
NO2 dan gugus –OH yyang letaknya berdekatan. Keadaan pada o-ni
nitrofenol semacam itu
mempengaruhi volatilit
itas dan kelarutannya dalam air (Isep Abdul Mali
alik, 2012).
Fenol (C6H5OH)) llebih bersifat asam daripada etanol (C2H5O). Bila dalam fenol
terdapat substituen halogen
hal
atau gugus –NO2, maka keasamannya
nya meningkat. Sebagai
asam lemah, fenol dap
apat bereaksi dengan basa kuat dan menghasil
silkan garam yang larut
dalam air. Di sampi
ping itu, fenol dapat membentuk ester (sintesis
(s
Williamson),
membentuk ester, men
engalami substitusi elektrofilik pada inti, serta
ser reaksi-reaksi yang
khas (reaksi Kolbe, reaksi
re
Reimer-Tiemann, reaksi polimerisasii ddengan formaldehida)
(Isep Abdul Malik, 2012).
Gambar II.2 Struktur Molekul Fenol
Senyawa fenol dibe
ibedakan atas dua jenis utama yaitu :
A. Berdasarkan jalurr ppenbuatannya
1. Senyawa fenoll yang
y
berasal dari asam shikimat atau jalur shi
shikimat
2. Senyawa fenoll yang
y
berasal dari aseta malonat
3. Ada juga senyaw
awa fenol yang berasal dari kombinasi antaraa kkedua jalur biosintesa
`
ini yaitu senyaw
awa-senyawa flavonoid.
(Fatma Saputri, 2010)
10).
B. Berdasarkan jumlah
ah atom hidrogen yang dapat diganti oleh gugus
gus hidroksil maka ada
tiga golongan senyaw
yawa fenol yaitu :
1. Fenol monofalen
en
Jika satu atom H ddari inti aromatik diganti oleh satu gugusann OH.
O
2. Fenol divalent
Adalah senyawa yang diperoleh bila dua atom hidrogen padaa inti
i aromatik diganti
dengan dua gugus
gus hidroksil. Dan merupakan fenol bervalensi
si dua.
d
3. Fenol trifalen
Adalah senyawaa yang diperoleh bila tiga atom hidrogen padaa inti
i aromatik diganti
dengan tiga gugu
gus hidroksil.
Contoh –contohh senyawa
s
fenol :
1. Senyawa fenoll sederhana
se
2. Lignan, Neoligna
gnan, Lignin
3. Stilbena
4. Naftokinon
5. Antrakinon
6. Flavonoid
7. Antosian
8. Tanin
9. Kumarin
nton
10. Kromon & Xanto
(Fatma Saputri, 2010)
Fenol dapat digu
igunakan sebagai antiseptik seperti yang diguna
unakan Sir Joseph Lister
saat mempraktikkan pembedahan
p
antiseptik. Fenol merupakan komponen
ko
utama pada
anstiseptik dagang, triklorofenol
trik
atau dikenal sebagai TCP (trichlo
hlorophenol). Fenol juga
merupakan bagian kom
omposisi beberapa anestitika oral, misalnyaa semprotan
s
kloraseptik
(Wikipedia, 2013).
Fenol berfungs
gsi dalam pembuatan obat-obatan (bagian dari
d
produksi aspirin,
pembasmi rumput liar
liar, dan lainnya. Selain itu fenol juga berf
erfungsi dalam sintesis
senyawa aromatis yan
ang terdapat dalam batu bara. Turunan senyawa
sen
fenol (fenolat)
banyak terjadi secaraa alami
a
sebagai flavonoid alkaloid dan senya
yawa fenolat yang lain.
Contoh dari senyawaa fenol adalah eugenol yang merupakan minyak
m
pada cengkeh
(Wikipedia, 2013).
Fenol yang terk
erkonsentrasi dapat mengakibatkan pembakara
aran kimiawi pada kulit
yang terbuka (Wikipedia,
ia, 2013).
Penyuntikan fenol
fen juga pernah digunakan pada eksekusii m
mati. Penyuntikan ini
sering digunakan pada
da masa Nazi, Perang Dunia II. Suntikan fenol
ol diberikan pada ribuan
orang di kamp-kampp konsentrasi, terutama di Auschwitz-Birken
kenau. Penyuntikan ini
dilakukan oleh dokter ke vena (intravena) di lengan dan jantung. Pe
Penyuntikan ke jantung
dapat mengakibatkan kematian
k
langsung (Wikipedia, 2013).
Air adalah seny
enyawa yang penting bagi semua bentuk kehid
hidupan yang diketahui
sampai saat ini di Bum
mi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi ha
hampir 71% permukaan
Bumi. Terdapat 1,4 triliun
tril
kilometer kubik (330 juta mil) tersedia
ia di
d Bumi. Air sebagian
besar terdapat di laut (air
(a asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutu
utub dan puncak-puncak
gunung), akan tetapii juga
ju dapat berbentuk sebagai awan, hujan, sungai,
su
muka air tawar,
danau, uap air, dan lautan
lau
es. Air dalam obyek-obyek tersebut berg
ergerak mengikuti suatu
siklus air, yaitu: mela
elalui penguapan, hujan, dan aliran air dii aatas permukaan tanah
(meliputi mata air, su
sungai, muara) menuju laut. Air bersih pen
penting bagi kehidupan
manusia (Wikipedia, 2013
13).
Di banyak temp
mpat di dunia terjadi kekurangan persediaan
an air. Selain di Bumi,
sejumlah besar air juga
uga diperkirakan terdapat pada kutub utara dan selatan planet Mars,
serta pada bulan-bulan
lan Europa dan Enceladus. Air dapat berwujud
jud padatan (es), cairan
(air) dan gas (uap air)
ir). Air merupakan satu-satunya zat yang secara
sec
alami terdapat di
permukaan Bumi dalam
alam ketiga wujudnya tersebut. Pengelolaan sumber
s
daya air yang
kurang baik dapat meny
enyebakan kekurangan air, monopolisasi sertaa privatisasi
p
dan bahkan
menyulut konflik. Indo
donesia telah memiliki undang-undang yang mengatur
m
sumber daya
air sejak tahun 2004,, yakni
y
Undang Undang nomor 7 tahun 20044 tentang Sumber Daya
Air (Wikipedia, 2013).
Menurut kimia
ia fisika air adalah substansi kimia dengan rumus
rum kimia H2O: Satu
molekul air tersusun at
atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen
ko
pada satu atom
oksigen. Air bersifat tid
tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau
au pada kondisi standar,
yaitu pada tekanan 100kPa
10
(1 bar) dan temperature 273,15K (0°C). Zat kimia ini
merupakan suatu pelar
larut yang penting, yang memiliki kemampu
puan untuk melarutkan
banyak zat kimia lain
ainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beb
beberapa jenis gas dan
banyak macam moleku
kul organik (Wikipedia, 2013).
Keadaan air ya
yang berbentuk cair merupakan suatu keadaa
daan yang tidak umum
dalam kondisi normal,
al, terlebih lagi dengan memperhatikan hubu
ubungan antara hidridahidrida lain yang mirip
irip dalam kolom oksigen pada tabel periodik
ik yang mengisyaratkan
bahwa air seharusny
snya berbentuk gas, sebagaimana hidroge
ogen sulfida. Dengan
memperhatikan tabell periodik,
p
terlihat bahwa unsur-unsur yangg mengelilingi oksigen
adalah nitrogen, flour
our, fosfor, sulfur, dan klor. Semua elemen
en-elemen ini apabila
berikatan dengan hidro
rogen akan menghasilkan gas pada temperature
ture dan tekanan normal.
Alasan mengapa hidro
rogen berikatan dengan oksigen membentukk fase berkeadaan cair,
adalah karena oksigen
en lebih bersifat elektronegatif dibandingkan
kan elemen-elemen lain
tersebut kecuali flor (Wikipedia,
(W
2013).
Tarikan atom ok
oksigen pada elektron-elektron ikatan jauh lebi
ebih kuat dari pada yang
dilakukan oleh atom hidrogen,
h
meninggalkan jumlah muatan pos
ositif pada kedua atom
hidrogen, dan jumlahh muatan
m
negatif pada atom oksigen. Adanyaa muatan pada tiap-tiap
atom tersebut membuat
uat molekul air memiliki sejumlah momen dipo
ipol. Gaya tarik-menarik
listrik antar molekul--molekul air akibat adanya dipol ini mem
embuat masing-masing
molekul saling berdeka
ekatan, membuatnya sulit untuk dipisahkan dan
da yang pada akhirnya
menaikkan titik didih
ih air. Gaya tarik-menarik ini disebut seba
ebagai ikatan hidrogen
(Wikipedia, 2013).
Air sering dise
isebut sebaga pelarut universal karena air melarutkan
m
banyak zat
kimia. Air berada dala
alam kesetimbangan dinamis antara fase cair
air dan padat di bawah
tekanan dan temperatu
ature standar. Dalam bentuk ion, air dapatt dideskripsikan
d
sebagai
sebuah ion hidrogen (H
H+) yang berikatan dengan sebuah ion hidroks
oksida (OH-). Tingginya
konsentrasi kapur terla
rlarut membuat warna air dari Air Terjun Hav
avasu terlihat berwarna
turquoise (Wikipedia, 201
013).
\
Tabe
bel II.1 Tetapan Fisik Air pada Temperature Tertentu
T
0o
20o
50o
100o
Massa jenis (g/cm3)
0.99987
0.99823
0.9
0.9981
0.9584
Panas jenis (kal/g•oC)
1.0074
0.9988
0.9
0.9985
1.0069
586.0
5
569.0
539.0
Kalor uap (kal/g)
597.3
Konduktivitas
o
termal (kal/cm•s• C)
Tegangan
permukaan (dyne/cm)
m)
Laju viskositas (g/cm
m•s)
Tetapan dielektrik
1.39 × 10-3
1.40 × 10-3
75.64
72.75
178.34 × 10-4
100.9 × 10-4
87.825
80.8
1.52
.52 × 10-3 1.63 × 10-3
6
67.91
58.80
54.9
4.9 × 10-4 28.4 × 10-4
69
69.725
55.355
(Wikipedia, 2013)
Molekul air dapat
da
diuraikan menjadi unsur-unsur asalnya
ya dengan mengalirinya
arus listrik. Proses ini disebut elektrolisis air. Pada katode, dua
ua molekul air bereaksi
dengan menangkap dua
du elektron tereduksi menjadi gas H2 dann ion
i hidroksida (OH-).
Sementara itu pada anode,
a
dua molekul air lain terurai menjad
jadi gas oksigen (O2),
melepaskan 4 ion H+ serta
s
mengalirkan elektron ke katode. Ion H+ dan OH- mengalami
netralisasi sehingga terbentuk
ter
kembali beberapa molekul air. Rea
eaksi keseluruhan yang
setara dari elektrolisis
is aair dapat dituliskan sebagai berikut:
H2O(l)
2H2(g)
O2(g)
(Wikipedia, 2013)`
Gas hidrogen dan
da oksigen yang dihasilkan dari reaksi ini m
membentuk gelembung
pada elektrode dan dapat
d
dikumpulkan. Prinsip ini kemudian
an dimanfaatkan untuk
menghasilkan hidrogen
gen dan hidrogen peroksida (H2O2) yang dap
apat digunakan sebagai
bahan bakar kendaraan
an hidrogen. Air adalah pelarut yang kuat, me
melarutkan banyak jenis
zat kimia. Zat-zat yan
ang bercampur dan larut dengan baik dalam
m air (misalnya garamgaram) disebut sebagai
gai zat-zat "hidrofilik" (pencinta air), dan zat--zat yang tidak mudah
tercampur dengan airr (misalnya
(
lemak dan minyak), disebut sebaga
agai zat-zat "hidrofobik"
(takut-air). Kelarutann suatu
s
zat dalam air ditentukan oleh dapat
at tidaknya zat tersebut
menandingi kekuatann gaya
g
tarik-menarik listrik (gaya intermoleku
ekul dipol-dipol) antara
molekul-molekul air.. Jika
J
suatu zat tidak mampu menandingi gay
aya tarik-menarik antar
molekul air, molekul--molekul zat tersebut tidak larut dan akan mengendap dalam air
(Wikipedia, 2013).
Air menempel
el pada sesamanya (kohesi) karena air bersifa
ifat polar. Air memiliki
sejumlah muatan parsia
rsial negatif (σ-) dekat atom oksigen akibat pasangan
pa
elektron yang
(hampir) tidak digunak
akan bersama, dan sejumlah muatan parsial positif
po
(σ+) dekat atom
oksigen. Dalam air ha
hal ini terjadi karena atom oksigen bersifat
ifat lebih elektronegatif
dibandingkan atom hidrogen
hid
yang berarti, atom oksigen memiliki
ki lebih
l
"kekuatan tarik"
pada elektron-elektron
on yang dimiliki bersama dalam molekul, men
enarik elektron-elektron
lebih dekat ke arahnya
ya (juga berarti menarik muatan negatif elekt
ektron-elektron tersebut)
dan membuat daerah ddi sekitar atom oksigen bermuatan lebih nega
gatif ketimbang daerahdaerah di sekitar kedu
edua atom hidrogen. Air memiliki pula sifa
ifat adhesi yang tinggi
disebabkan oleh sifatt aalami kepolarannya. Air memiliki tegangann permukaan
p
yang besar
yang disebabkan oleh
eh kuatnya sifat kohesi antar molekul-molek
lekul air. Hal ini dapat
diamati saat sejumlah
ah kecil air ditempatkan dalam sebuah permu
mukaan yang tak dapat
terbasahi atau terlarutk
utkan (non-soluble). Air tersebut akan berku
kumpul sebagai sebuah
tetesan. Di atas sebuah
ah permukaan gelas yang amat bersih atau bep
epermukaan amat halus
air dapat membentukk suatu
s
lapisan tipis (thin film) karena gayaa ttarik molekular antara
gelas dan molekul air
ir (gaya
(
adhesi) lebih kuat ketimbang gaya kohesi
koh antar molekul air
(Wikipedia, 2013).
1. Sifat-sifat fenol :
a. Mengandung gugu
ugus OH, terikat pada sp2-hibrida
b. Mempunyai titik
ik didih
d
yang tinggi
c. Mempunyai rumuus molekul C6H6O atau C6H5OH
d. Fenol larut dalam
m pelarut organik
e. Berupa padatan (k
(kristal) yang tidak berwarna
f. Mempunyai massa
ssa molar 94,11 gr/mol
g. Mempunyai titik
ik didih
d
181,9°C
h. Mempunyai titik
ik beku
b
40,9°C
(Fatma Saputri, 2010)
2. Sifat-sifat air:
Sifat-sifat air antara lain :
a. Air bersifat tidak
dak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa
sa pada kondisi standar,
yaitu pada tekan
anan 100kPa (1bar) dan temperature 273,15K
K (0°C).
(
b. Air merupakann suatu pelarut yang penting, yang memilik
iliki kemampuan untuk
melarutkan banya
nyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam,, gula, asam, beberapa
jenis gas dan bany
anyak macam pelarut organik.
c. Air menempell pada
p
sesamanya (kohesi) karena air bers
ersifat polar. Air juga
mempunyai sifat
at adesi yang tinggi disebabkan oleh sifat alami
mi kepolarannya.
d. Air memiliki tegangan
teg
permukaan yang besar yang diseb
isebabkan oleh kuatnya
sifat kohesi antar
tar molekul-molekul air.
e. Mempunyai mas
assa molar: 18,0153gr/mol. Air mempuny
unyai densitas sebesar
0,998gr/cm3 (ber
berupa fase cairan pada 20°C), dan mempun
punyai densitas sebesar
0,92gr/cm3 (beru
erupa fase padatan). Mempunyai titik leburr 0°C, 273,15K, 32°F.
Mempunyai titik
tik didih: 100°C, 373,15K, 212°F. Kalor jenis
is air
a yaitu 4184J/(kg.K)
berupa cairan pad
ada 20°C.
(Wikipedia, 2013)
Temperature kritis
is atas Tc adalah batas atas temperature dima
mana terjadi pemisahan
fase.
Diatas
temp
emperature
bercampur.Temperatur
ture
batas
atas,
kedua
komp
mponen
benar-benar
ini ada gerakan termal yang lebihh besar
menghasilkan
kemampuan campur ya
yang lebih besar pada kedua komponen (Atkinss P
PW, 1999).
Untuk memperoleh
eh temperature kritis, maka diperlukan suhu
hu rata-rata dan persen
berat dari setiap percob
cobaan yaitu:
2
Keterangan :
T0C
= Temperatu
ature rata-rata
T10C
= Temperatu
ature pada saat larutan jernih
T20C
= Temperatu
ature pada saat larutan keruh
%BP
BM Terlarut
BM Larutan
x 100%
Keterangan :
% BP
= Persen
Pe
berat
BM Terlarut
= Massa
Ma
(gr)
BM Larutan
= Massa
Ma
+ Massa Air/Massa HCl (gr)
(Sukardjo, 2002)
Campuran liquid
id-liquid partially miscible dibagi menja
njadi beberapa tipe,
yaitu:
aksimum
1. Tipe suhu kritis mak
Jenis ini terdapat dalam
da
campuran air anilin. Bila sedikit air ditambahkan
dita
pada anilin
diperoleh campuran
an air dalam anilin. Bila air ditambahkan terus
teru maka terdapat dua
lapisan yaitu air dalam
dal
anilin dan anilin dalam air. Jika penam
ambahan air diteruskan
maka akan diperole
oleh Larutan anilin dalam air. Selama terjadi
di dua lapisan, susunan
tetap tetapi banyakn
aknya masing-masing lapisan berubah. Padaa pemanasan
p
campuran,
suatu saat (titik B) kedua lapisan hilang membentuk campura
uran homogen. Titik B
disebut titik temperaature pelarutan kritis atau temperature consol
solute.
2. Tipe suhu kritis min
inimum
Campuran jenis ini terdapat pada campuran air-trietil amin,
in, dengan temperature
pelarutan kritis mini
inimal 18,50C. Selama temperature tetap (18,5
8,50C)susunan campuran
(air dengan trietil
il amin)
a
selalu tetap tidak mengalami peruba
bahan. Pada saat suhu
mencapai 500C camp
mpuran memiliki komposisi kira-kira antara 18
18,89 % sampai dengan
62,69 % berat.
3. Tipe suhu kritis min
inimum maksimum
Campuran ini terdap
dapat pada air-nikotin. Temperature kritis terd
erdapat pada 2080C dan
minimal terdapat pa
pada 60,80C. Pada titik C dan C’ terdapat pada
da 34% nikotin. Titik A
terdapat pada 94-95
950C dan titik B pada 121-1300C. Bila teka
ekanan dikenakan pada
cairan, titik C dan C’
C mendekat dan akhirnya menjadi homogen.
4. Tipe tanpa suhu krit
kritis larutan
Air dan eter bercam
ampur sebagian dalam segala perbandingan,, jjadi tidak mempunyai
temperature pelaruta
rutan kritis, baik maksimal maupun minimal.
l. U
Untuk campuran 1, 2,
dan 3 berat masing
ng-masing larutan dapat dicari dengan kaidah
ah campuran. Misalkan
pada 500C dicampu
purkan 40gram anilin dan 60gram air sehingg
gga diperoleh 100gram
campuran.
(Sukardjo, 2002)
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
IV.Hasil Percobaan
Tabel IV.1 Hasil Percobaan Timbal Balik Fenol-Air 1
Berat Fenol
Volume
% berat fenol
Suhu
aquadest (ml)
Jernih
Keruh
Rata-rata
2 gram
1,5
57,143 %
70
60
57
2 gram
3
40 %
64
54
55,5
2 gram
4,5
30,769 %
63
53
56
2 gram
6
25 %
65
54
57
2 gram
7,5
21,053 %
61
53
58
Tabel IV.2 Hasil Percobaan Timbal Balik Fenol-Air 2
Berat Fenol
Volume
% Berat
Suhu
Aquadest
Fenol
Jernih
Keruh
Rata-rata
(ml)
4 gram
1,5
72,727%
75
39
57
4 gram
3
57,143%
68
43
55,5
4 gram
4,5
47,058%
67
45
56
4 gram
6
40%
65
49
57
4 gram
7,5
34,783%
53
53
53
Tabel IV.3 Hasil Percobaan timbal balik Fenol-Air 3
Berat Fenol
Volume
% Berat
Suhu
Aquadest
Fenol
Jernih
Keruh
Rata-rata
(ml)
2 gram
1,5
57,143 %
75
39
57
2 gram
3
40%
68
43
55,5
2 gram
4,5
30,769 %
67
45
56
2 gram
6
25%
65
49
57
2 gram
7,5
21,053 %
63
53
58
IV.2 Pembahasan
Kelarutan timbal balik fenol-air merupakan percampuran antara air dan fenol yang
membentuk larutan biner tidak menyatu dimana air berada dilapisan atas dan fenol berada
dilapisan bawah. Sedangkan kelarutan timbal balik fenol-HCl 0,4 N merupakan percampuran
antara HCl 0,4 N dan fenol yang membentuk suatu larutan biner. Hal ini dikarenakan massa
jenis air lebih rendah dari massa jenis fenol. Jika larutan fenol-air dipanaskan dan mencapai
temperatur kritis, maka larutan akan menjadi satu fasa atau dapat disebut homogen. Namun
jika larutan fenol-air telah melewati temperatur kritis, maka akan membentuk dua fasa atau
dapat disebut heterogen, sama seperti sebelum dipanaskan.
100
90
Titik Didih (oC)
80
70
60
50
40
30
20
10
0
57,14%
40%
30,77%
Presentase Berat Fenol
25%
21,05%
100
90
70
60
50
40
30
20
10
0
72,73%
57,14%
47,06%
40%
34,78%
Presentase Berat Fenol
100
90
80
Titik Didih (oC)
Titik Didih (oC)
80
70
60
50
40
30
20
10
0
57,14%
40%
30,77%
25%
Presentase Berat Fenol
21,05%
BAB V
KESIMPULAN
1.
Keadaan dimana terjadinya perubahan warna dari keruh menjadi jernih dan kembali lagi
dari jernih menjadi keruh termasuk salah satu contoh kelarutan timbal balik.
2.
Suhu akan semakin tinggi apabila semakin banyak volume air yang digunakan .
3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan pada percobaan ini antara lain jenis zat,
konsentrasi, temperatur, ion senama, pengadukan, serta luas permukaan. Zat yang
memiliki kepolaran yang sejenis yang dapat saling melarutkan. Pengaturan suhu yang
disesuaikan dengan titik didih zat yang digunakan akan mempercepat kelarutan. Semakin
kecil luas permukaan zat maka semakin cepat zat tersebut bereaksi agar dapat melarut.
4.
Fenol tidak dapat melarut sempurna ketika dilarutkan dalam aquadest. Hal ini
dikarenakan fenol bersifat nonpolar sedangkan aquadest bersifat polar. Oleh karena itu
fenol tidak akan membentuk campuran homogen.
5.
Fenol 2 gram dengan aquadest memiliki grafik yang tidak berbentuk parabola namun
memiliki puncak kurva. Puncak kurva tersebut merupakan temperatur kritis yaitu saat
persen berat fenol
6.
dan temperaturnya 65 oC.
Fenol 4 gram dengan aquadest memiliki grafik yang tidak berbentuk parabola namun
memiliki puncak kurva. Puncak kurva tersebut merupakan temperatur kritis yaitu saat
berat fenol
7.
dan temperaturnya 57oC.
Fenol 2 gram dengan HCl 0,4 N memiliki grafik yang tidak berbentuk parabola namun
memiliki puncak kurva. Puncak kurva tersebut merupakan temperatur kritis yaitu saat
berat fenol
7.
dan temperaturnya 58oC.
Temperatur fenol dengan aquadest dengan berat 2 gram lebih tinggi dibandingkan
dengan campuran fenol lainnya, karena temperatur pada percobaan timbal balik fenol
dipengaruhi oleh zat terlarut dan pelarut. Zat terlarut dalam larutan timbal balik fenol-air
4 gram lebih banyak daripada zat terlarut dalam larutan timbal balik fenol-air 2gram.
Sehingga, semakin besar berat zat terlarut maka semakin secepat larutan tersebut
mendidih sehingga suhunya menjadi lebih kecil. Selain itu titik didih zat terlarut dan
pelarut pun mempengaruhi temperatur larutan.
DAFTAR PUSTAKA
(2013, September 22). Retrieved November 17, 2013, from Wikipedia:
http://id.wikipedia.org/wiki/H2O
Fatma Saputri. (2010, 10 18). Retrieved November 17, 2013, from Fatmakyoshiuzumaki's
blog: http://fatmakyoshiuzumaki.wordpress.com/2010/10/18/15/
Hougen. (1954). Chemical Process Principles.
Isep Abdul Malik. (2012, April 24). Samudera AlChemist. Retrieved November 17, 2013,
from http://isepmalik.wordpress.com/category/kimia/perguruan-tinggi/kimia-organik/fenol/
Karyadi. (2002).
Keenan. (1986).
Ratna. (2009, April 16). Dipetik November 17, 2013, dari chem-is-try.org: http://www.chemis-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/jenis-jenis-larutan-dan-larutan-elektrolit/
Sarah. (2013). Scribd. Retrieved November 19, 2013, from www.sribd.com
Sukardjo. (2003). Retrieved November 19, 2013
Sukardjo. (2002). Kimia Fisika.
Widiyanti. (2013, January 10). Widiyanti4ict. Retrieved from
http://widiyanti4ict.wordpress.com/?s=fenol
Wikipedia. (n.d.). Retrieved from Wikipedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Phenol
Wikipedia. (2013, June 25). Retrieved November 17, 2013, from
http://id.wikipedia.org/wiki/Fenol
DAFTAR NOTASI
SIMBOL
KETERANGAN
SATUAN
η
Koefisien Viskositas
cp
π
phi
cm
P
Tekanan
dyne/cm
r
Jari-Jari
cm
t
Waktu
sekon
L
Panjang
cm
V
Volume
ml
ρ
Massa Jenis
gr/ml
m
Massa
gram
vii
ρ
100%
,
100%
!!
,
! " #$
!! % " #$
#
ρ
100%
,
,
100%
!!
!" " "
!! % " " "