Tradisi Unik Pulau Sembilan Sinjai, Tak Ada Penduduk Pria saat Musim Melaut

Tradisi Unik Pulau Sembilan Sinjai, Tak Ada Penduduk Pria saat Musim Melaut

Agung Pramono - detikSulsel
Minggu, 30 Okt 2022 09:45 WIB
Pulau Sembilan Sinjai
Foto: Pulau Sembilan di Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. (Agung Pramono/detikSulsel)
Sinjai -

Pulau Sembilan, Sinjai, Sulawesi Selatan (Sulsel) memiliki tradisi yang unik, yakni tidak ada penduduk pria dewasa di pulau saat musim melaut. Kondisi ini bisa berlangsung 5-6 bulan.

Hal ini lantaran, warga Pulau Sembilan memiliki mata pencarian sebagai nelayan. Setiap musim melaut semua pria dewasa akan berangkat melaut tanpa terkecuali.

"Ada tradisi warga di sini seluruh laki-laki merantau setiap bulan April. Mereka semua berangkat mencari ikan di Pulau Jawa, NTB, NTT, Maluku, ada juga ke Irian," kata Kepala Desa Buhung Pitue, Arifuddin saat ditemui detikSulsel Rabu (26/10/2022).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para nelayan baru akan kembali setiap bulan September atau Oktober. Ada lebih 100 kapal pencari ikan di pulau ini.

Namun para warga Pulau Sembilan Sinjai ini tidak kembali ke kampung membawa ikan. Hasil tangkapan akan langsung dijual ke Lombok atau Kupang.

ADVERTISEMENT

"Langsung dijual di Lombok, Bali, atau di Kupang. Di mana mereka berlabuh di sana juga semua najual tangkapannya. Nanti baru ada keluarganya kawin atau ada acara besar baru mereka pulang," bebernya.

Arifuddin menambahkan, pendapatan terendah warga Pulau Sembilan Sinjai setelah melaut di kisaran Rp 10 juta per orang. Sementara jika banyak tangkapannya biasa pendapatan mencapai Rp 20 juta per orang.

Ia menambahkan, pelaut muda biasanya langsung menggunakan uangnya untuk berlibur ke Bali sebelum pulang dari melaut. Berbeda dengan yang telah berkeluarga yang akan membawa pulang hasil penjualan untuk keluarga.

"Kalau anak muda itu langsung habis semua hasil melautnya. Biar pembeli silet juga tidak ada kalau pulang mi, karena napakai (dia pakai) foya-foya di Bali. Kadang tutup 1 kafe. Kalau yang punya keluarga pasti nabawakan (dia bawakan) untuk anak istrinya," jelasnya.

"Kalau mereka pulang dari melaut akan tinggal di pulau untuk buat rompong atau tempat pemancingan ikan," sambungnya.

Sementara Camat Pulau Sembilan, Baharuddin Jufri menambahkan, pekerjaan lain di Pulau Sembilan adalah petani rumput laut.

"Sekali panen rumput laut itu mereka bisa dapat 1,5 ton dengan harga Rp 10 ribu per kg. Itu harga rumput laut yang kering," ucapnya.

Pulau Sembilan SinjaiPetani rumput laut di Pulau Sembilan Sinjai. (Agung Pramono/detikSulsel)

Baharuddin menuturkan, para buruh tani rumput laut diberikan upah pekerja Rp 4.000 per meter. Mereka bekerja penuh dalam satu hari.

"Panjang yang dikerjakan itu 20 meter per orangnya. Jadi upahnya sehari Rp 80 ribu per orang. Ada yang punya pekerja 8 orang, ada juga yang pekerjanya 6 orang. Namun yang diberdayakan adalah tetangganya semua di sini. Semua pulau begitu, apalagi sekarang lagi musimnya," jelasnya.

Wisata Pulau Sembilan Sinjai

Pulau Sembilan Sinjai memiliki sejumlah spot wisata yang menarik untuk dikunjungi. Salah satunya Pulau Larea-rea yang tak berpenghuni namun indah dan bersih.

Pulau ini menjadi salah satu daya tarik utama dari Pulau Sembilan Sinjai. Pulau Larea-rea memang terkenal sebagai pulau yang memiliki keindahan berupa pantainya yang sangat eksotis dengan air yang jernih serta hamparan pasir putih.

Ketika tiba di Pulau Larea-rea ini, pengunjung langsung disuguhkan panorama alam yang sangat indah.

Tak hanya itu saja, daya tarik pulau ini adalah ketika air laut surut, pasalnya pengunjung bisa berjalan menyebrangi lautan untuk ke Pulau Batanglampe atau Pulau Kodingare yang terletak di Desa Padaelo, salah satu desa di Pulau Sembilan.

Pulau Larea-rea di kawasan Pulau Sembilan SinjaiPulau Larea-rea di kawasan Pulau Sembilan Sinjai (Agung Pramono/detikSulsel)

Selain Pulau Larea-rea, Pulau Sembilan Sinjai juga memiliki potensi wisata lainnya yang juga dapat dikunjungi. Pengunjung tidak hanya disuguhkan pemandangan pantai yang indah saja.

Seperti di Pulau Burungloe, terdapat jejak sejarah masa kolonial. Di pulau ini pernah ada bangunan peninggalan Belanda semacam menara tower untuk meneropong jejak musuh. Letak tower ini berada di atas pegunungan.

Pulau Burungloe merupakan satu-satunya wilayah Pulau Sembilan Sinjai yang memiliki gunung. Pemandangan di puncak gunung ini dapat terlihat langsung daratan Bone hingga Tanjung Kajang Bulukumba.

Selain jejak sejarah, pulau ini juga menyajikan pengalaman berwisata yang unik. Salah satunya terdapat sumur ajaib, yang dinamakan Sumur Tujuh. Sumur tersebut berada di laut namun airnya tidak pernah asin.

Adapula Pulau Liang-liang yang menawarkan pemandangan keindahan alam bawah laut. Di sekitar pulau ini wisatawan bisa melakukan aktivitas snorkeling maupun diving dan menikmati keindahan berbagai terumbu karang.

Pulau ini merupakan bukit yang memiliki kemiringan hingga 30 derajat dan terumbu karang yang berada di kedalaman 2 hingga 6 meter. Sehingga wisatawan dapat melihat keindahan biota laut dan terumbu karang dengan mudah.

Namun, pengunjung harus membawa alat sendiri, sebab di pulau ini belum tersedia penyewaan peralatan snorkeling maupun diving.

Selanjutnya ada Pulau Kanalo yang terletak di Desa Pulau Persatuan. Pulau ini unik karena terdapat dua pulau kecil yang terhubung dengan jembatan. Kedua pulau yang terhubung dengan jembatan kayu ini adalah Kanalo I dan Kanalo II.

Jembatan kayu dengan panjang sekira 500 meter ini adalah satu sisi menarik dari pulau ini. Selain itu Pulau Kanalo II menjadi salah satu lokasi fasilitas Teknologi Pengolahan Arsinum.

Ada 10 titik penyediaan Teknologi Pengolahan Arsinum yang dibangun Pemprov Sulsel. Teknologi arsinum ini mengubah air menjadi air siap minum.



Simak Video "Cerita Nuraeni, Siswi MI Sinjai yang Gendong Adik Balita di Kelas"
[Gambas:Video 20detik]
(alk/tau)

Koleksi Pilihan

Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detiksulsel