Rabu, 22 Mei 2024

Kaleidoskop 2022: Jawa Timur Dilanda 211 Bencana Alam

- Sabtu, 24 Desember 2022 | 09:06 WIB
Warga terdampak banjir. Dipta Wahyu/JawaPos
Warga terdampak banjir. Dipta Wahyu/JawaPos

JawaPos.com–Sebanyak 211 bencana alam terjadi di Jawa Timur sejak Januari hingga Desember 2022. Bencana tersebut terjadi di berbagai kabupaten dan kota.

Berdasar catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Timur (BPBD Jatim), bencana tersebut terjadi sejak 1 Januari hingga jelang akhir tahun. Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPDB Jatim Gatot Soebroto mengatakan, angka bencana itu menurun dibandingkan tahun lalu. Selama 2021, tercatat ada 310 bencana yang terjadi.

”Penurunan terjadi sebanyak 99 kejadian bencana. Secara kumulatif, dari 211 bencana yang terjadi di Jatim pada 2022 ini menurun ketimbang 2021 sebanyak 310 kejadian bencana,” kata Gatot saat dihubungi pada Sabtu (24/12).

Dari ratusan bencana itu, Gatot mencatat bencana paling banyak terjadi di tiga wilayah. Yakni di Kabupaten Malang, Pasuruan, dan Sidoarjo.

”Terbanyak Kabupaten Malang sebanyak 22 kejadian, lalu 21 kejadian di Kabupaten Pasuruan, dan 19 kejadian bencana di Sidoarjo. Tiga daerah itu paling sering terjadi bencana tahun ini,” papar Gatot Soebroto.

Dari 211 kejadian tersebut, 107 di antaranya adalah bencana banjir. Kemudian 78 angin kencang. Dan 8 lainnya adalah bencana tanah longsor, banjir bandang, dan angin puting beliung masing-masing empat kejadian.

”Kemudian 10 bencana lainnya seperti gempa bumi, gerakan tanah, banjir rob, serta kebakaran hutan dan lahan (karhutla),” terang Gatot Soebroto.

Sebanyak 11 warga Jawa Timur meninggal dunia akibat bencana banjir selama 2022. Kesebelas warga itu meninggal dunia dari banjir yang terjadi di 38 kabupaten dan kota sejak 1 Januari hingga jelang akhir tahun.

Gatot Soebroto menjelaskan, total terdapat 107 bencana banjir yang terjadi selama 2022. ”Dari 107 kejadian banjir selama 2022, 11 orang meninggal dunia,” papar Gatot.

Akibat banjir pula, sebanyak 3.554 rumah rusak. Ratusan bencana banjir itu juga membuat 32 orang lainnya luka-luka. Banjir juga berdampak pada 101.131 kepala keluarga.

”Banjir membuat ratusan ribu kepala keluarga kehilangan mata pencaharian dan trauma. Selain itu, kegiatan perekonomian juga terhenti,” terang Gatot.

Gatot meminta agar masyarakat mewaspadai bencana hidrometeorologi. Apalagi kejadian tersebut diakibatkan oleh curah hujan, kelembapan, temperatur, dan angin.

”Kami (BPBD Jatim) berkolaborasi dengan kabupaten/kota dan relawan akan terus diperkuat untuk menghadapi bencana ini,” ucap Gatot.

Dosen Teknik Geofisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Ira Mutiara Anjasmara menjelaskan, banjir rob banyak terjadi karena penurunan muka tanah.

”Dari hasil teknilogi inSAR, kita menggunakan time series inSAR Kita masih lakukan pengolahan data. Kita dapatkan, terjadi penurunan tanah, terutama di wilayah utara dan timur. Penurunan tanah di Surabaya Utara cukup signifikan walaupun tidak terlalu besar, maksimal hanya sekitar 4 cm,” papar Ira.

Berdasar hasil pemantauan di sejumlah jalan seperti Kalianak, Kenjeran, hingga Jalan Arif Rahman Hakim, muncul kerusakan parah. Diperkirakan hal itu terjadi akibat adanya penurunan muka tanah.

Beberapa faktor melatarbelakangi hal tersebut. Pertama adalah penggunaan air tanah yang berlebihan. ”Di Surabaya kami tidak mendapatkan data cukup tentang penggunaan air tanah di Surabaya. Di Surabaya ini (penggunaan air tanah) tidak terlalu melatarbelakangi subsidence,” jelas Ira Mutiara Anjasmara.

Selain itu, lanjut dia, beban konstruksi yang membuat tanah Surabaya semakin turun. Pembangunan gedung-gedung tinggi dinilai menjadi pemicu utama.

”Faktor berikutnya karena tanah aluvium, Surabaya didominasi endapan Aluvium dan faktor terakhir adalah adanya aktivitas tektonik,” ungkap Ira Mutiara Anjasmara.

Editor: Latu Ratri Mubyarsah

Tags

Konten berikut adalah iklan platform Geozo, media kami tidak terkait dengan materi konten ini.

Terkini