Minggu, 5 Mei 2024

Pembuangan Bayi, Pihak Laki-laki Perlu Ditindak

- Sabtu, 4 Agustus 2018 | 09:50 WIB
ILUSTRASI: Bayi.
ILUSTRASI: Bayi.

JawaPos.com - Kasus pembuangan bayi sering menghiasai pemberitaan di Malang. Berdasarkan catatan Woman Crisis Center (WCC) Dian Mutiara, ada 12 kasus pembuangan bayi di wilayah Malang Raya sepanjang Januari-Juli 2018.


Dalam kasus ini, perempuan kerap dijadikan satu-satunya objek yang disalahkan. Padahal ada pihak lain yang juga turut bertanggung jawab atas kasus tersebut. Yakni, laki-lakinya.


Psikolog Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang Maryam Jameelah mengatakan, kasus seperti ini berangkat dari kausalitas atau prinsip sebab-akibat.


"Bagaimana melihat secara fisikly. Ketika bersepakat melakukan sexual activity, tentu ada konsekuesi-konsekuensi. Baik laki-laki atau perempuan menyadari adanya konsekuensi itu berdampak atau tidak," ujar Jameelah kepada JawaPos.com.


Sejauh ini, masyarakat masih melabeli perempuan sebagai penjaga moral. Sementara hal tersebut dilakukan kedua belah pihak. Bahkan pada kasus sexual activity, tidak jarang perempuan mendapat tekanan dari pasangannya.


Misalnya, ada salah satu kasus pembuangan bayi yang dilakukan mahasiswi UIN Malang. Saat itu, si perempuan ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Bahkan, dia juga dikeluarkan dari kampus.


Namun ironisnya, si laki-laki yang menghamili perempuan tersebut justru dibiarkan. "Si laki-laki justru pulang ke kampung halamannya. Dia bisa bebas melanjutkan hidup di sana. Harus ada kesetaraan gender. Kalau perempuan diadili, laki-laki juga harus diusut. Yakni, dengan tes DNA," kata perempuan yang menjadi relawan di WCC ini.


Jameelah menekankan, mahasiswi tersebut tidak mungkin membuang bayi atas kemauan sendiri. Pasti ada yang mendorong. Kasus tersebut sebagai unwanted pregnancy atau kehamilan yang tidak diinginkan. "Unwanted pregnancy itu berat, apalagi jika dilewati seorang sendiri," ucapnya.


Pada saat-saat seperti itu, perempuan memiliki kontrol diri yang lemah. Akhirnya mereka melakukan hal-hal yang diluar nalar. Seperti membunuh dan membuang bayinya. "Menjadi egois, tidak melihat kanan-kirinya juga manusia," tuturnya.


Terpisah, psikolog dari Universitas Brawijaya (UB) Cleooputri Al Yusainy juga turut angkat bicara. Menurutnya, kasus pembuangan bayi harus dilihat dari beragam sisi.


Ada beberapa alasan yang mendasari sehingga seorang perempuan tega membuang darah dagingnya. Salah satunya adalah faktor sosial ekonomi. Orang dengan sosial ekonomi kurang sejahtera, lebih rentan melakukan tindakan pembuangan bayi.


"Jika individu itu ada di sosial ekonomi menengah ke atas, mungkin antisipasi yang dilakukan berbeda. Mengunakan cara lain yang mengeluarkan biaya. Tidak membuang bayi. Berbeda dengan yang kondisi ekonominya berbanding, dalam tanda kutip menggunakan cara yang tanpa biaya," beber doktor jebolan University of Nottingham, Inggris itu.


Selanjutnya, faktor pendidikan juga bisa mempengaruhi. Jika ditemukan mahasiswi membuang bayi, hal ini sebagai kasuistis. Sang mahasiswi harus ditelusuri, apakah melakukan sendiri atau dibantu dengan rekannya.


Tapi yang paling penting adalah faktor lingkungan. Dalam hal ini keluarga. Perempuan yang hamil di luar nikah rentan mengalami kecemasan, takut, malu, dan beragam hal lainnya.

Halaman:

Editor: Sofyan Cahyono

Tags

Konten berikut adalah iklan platform Geozo, media kami tidak terkait dengan materi konten ini.

Terkini

Gerindra Lirik Dedi Mulyadi Maju Pilkada Jabar

Minggu, 5 Mei 2024 | 06:05 WIB