Selasa, 7 Mei 2024

Tokek, No! Tokek, Yes!

- Minggu, 12 Juli 2020 | 23:51 WIB
ILUSTRASI - BUDIONO/JAWA POS
ILUSTRASI - BUDIONO/JAWA POS

SEPERTI yang sudah dijanjikan dalam kitab mereka, malam ini akan muncul rangkaian bintang di langit yang membentuk tanda lobster. Perdebatannya, rasi itu nanti menyerupai sosok lobster dewasa apa benih lobster?

Buaya yang baru belajar meniup seruling meliuk-liukkan nada serulingnya dari batang pohon tebu. ”Mari selalu kita jaga toleransi antara pengiman lobster dewasa dan pengiman lobster bayi,’’ seekor badak bercula suling batang pohon kangkung coba menerjemahkan alunan seruling dari muara itu.

”Lho, aku kurang toleran bagaimana? Agamaku lobster dewasa. Toh, tetap saja kuhormati para landak yang agamanya lobster bayi.”

Para landak segera mendirikan bulu duri di tubuhnya. Pertanda mereka protes. Salah satunya berpekik, ”Monyet itu bohong. Monyet itu percaya bahwa janji yang tak kunjung muncul sejak zaman kakek-buyut kita akan muncul pada generasi kita dalam wujud lobster dewasa. Yang tak seiman dia olok-olok!”

Badak menangkap ada perubahan sorot di mata monyet. Makhluk bercula suling galih kangkung itu segera memahami gelagat. Dengan bahasa isyarat wajahnya, dimintanya seluruh hewan menatap langit. Seluruhnya menurut tanpa mengerti untuk apa menuruti menatap langit sebelum tengah malam, sebelum datangnya lambang lobster yang dijanjikan.

Sejatinya barusan cuma akal-akalan badak untuk mengalihkan perhatian. Tepatnya, muka badak tadi berekspresi demi mengalihkan perasaan bersama bahwa belakangan kehidupan demokrasi di negeri rimba raya ibarat primadona. Sang primadona bersila dengan lima sila di tengah-tengah lingkaran api unggun yang lingkarannya makin lama makin kecil.

Tanpa sepengetahuan Raja Singa Sastro, Ratu Singa Jendro mengirim seekor tokek ke tengah rakyatnya yang sedang berdebat tentang keyakinan itu. Tokek belang telon dengan warna bak kucing ini bisa berceramah. Ia tak seperti tokek-tokek mainstream yang cuma sanggup menjawab ”ya” atau ”tidak” atas pertanyaan umat. Suara ”tokeeek” pada hitungan ganjil berarti ”ya”. Yang genap berarti ”tidak”.

Umat, dengan juru bicara kadal, bertanya, ”Sejatinya, negara masih beruang atau tidak?”

Para tokek menjawab ”ya” dan ”tidak”, tergantung tiap golongan memulai hitungannya sejak suara ”tokeeeeek” keberapa dari reptil itu. Ada yang ketukannya berakhir dengan ”ya”. Tapi, ada minoritas yang iramanya berakhir dengan ”tidak”.

Sejuta umat, dengan juru bicara kaki seribu, bertanya, ”Sesungguhnya, masih cukupkah persediaan pangan sehingga kita tak perlu repot-repot mencetak hutan baru?”

Rakyat bingung bukan saja karena start hitungan suara tokek mereka sangat berbineka, tapi karena tokek tersebut di beberapa bagian tidak utuh mengucap ”tokeeeek”. Dia mengucap ”toooo...”, lalu berhenti lama, kira-kira selama 99 kali pengucapan ”penjahit seragam sekolah gigit jari karena anak-anak masih bersekolah online”, baru tokek itu mengucap ”keeeeeeek”.

Nah, polemik timbul di belantara. Bunyi ”tooo” yang sudah bercerai dari bunyi ”keeeek” itu menurut dalil dihitung satu kesatuan seperti ”NKRI”, atau dihitung pecah?

Sejak itu rakyat meninggalkan penceramah dari golongan tokek. Sayangnya, tokek baru kiriman ratu yang ceramahnya bisa bernarasi juga tak bersambut. Ceramahnya tentang lobster atau bayi lobsterkah yang bakal bersinggasana di langit tengah malam nanti total tak digubris.

Kenapa? Karena ceramahnya serius. Pertanda ilmunya belum mendalam. ”Di sirkus, senior pelatih dan ilmunya sudah mumpuni, itulah yang jadi badut,” info dari harimau. Ini dibenarkan oleh gajah-gajah. Mereka dulu hewan-hewan sirkus yang kembali masuk hutan jauh sebelum apa yang dijanjikan akan bertengger di langit tengah malam ini. (*)




*) Sujiwo Tejo tinggal di Twitter @sudjiwotedjo dan Instagram @president_jancukers

Editor: Ilham Safutra

Tags

Konten berikut adalah iklan platform Geozo, media kami tidak terkait dengan materi konten ini.

Terkini

Keledai Becermin

Minggu, 26 Juni 2022 | 11:54 WIB

Arah Babi, Arah Bangsa

Minggu, 19 Juni 2022 | 07:15 WIB

Tahanan Buaya Darat

Minggu, 12 Juni 2022 | 11:20 WIB

Kupu-Kupu Gagal Paham

Minggu, 5 Juni 2022 | 06:58 WIB

Kepit-Kepit Rajungan LGBT

Minggu, 29 Mei 2022 | 11:17 WIB

Tape Ketan si ”Lambe Turah”

Minggu, 22 Mei 2022 | 08:33 WIB

Mampus Kau Dikoyak-koyak Ratu Adil

Minggu, 15 Mei 2022 | 06:34 WIB

Khotbah Pengakhir Tangis

Minggu, 8 Mei 2022 | 07:17 WIB

Lebaran Kepodang

Minggu, 1 Mei 2022 | 05:53 WIB

Bertatap Muka Badak

Minggu, 24 April 2022 | 06:09 WIB

Panembahan Flexing Surosujanck.

Minggu, 17 April 2022 | 11:31 WIB

Tangis si Mata Kelinci

Minggu, 10 April 2022 | 09:48 WIB

Ikatan Dokar Indonesia Perjuangan

Minggu, 3 April 2022 | 11:07 WIB

Reshuffle Kalkun Betinawati

Minggu, 27 Maret 2022 | 08:55 WIB

Terwelu Menguping Konvoi

Minggu, 20 Maret 2022 | 09:50 WIB

Prenjak-Prenjak pun Ber-”Uraaaaa…Uraaaaa…”

Minggu, 13 Maret 2022 | 11:01 WIB

Gonggong Anjing Penemu Toa

Minggu, 6 Maret 2022 | 08:04 WIB

Minyak BPJS dan JHT Digoreng Betet

Minggu, 27 Februari 2022 | 10:31 WIB

Ular dan Vaksin Patah Hati

Minggu, 20 Februari 2022 | 11:31 WIB

Luwak di Tol ke Wadas

Minggu, 13 Februari 2022 | 12:11 WIB