Trump Perintahkan Penarikan Pasukan AS dari Somalia

Washington: Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah memerintahkan penarikan hampir semua pasukan AS dari Somalia pada 15 Januari tahun depan. AS memiliki sekitar 700 personel militer di Somalia, yang membantu pasukan lokal dalam memerangi kelompok militan al-Shabab dan Islamic State (ISIS).
 
Sejumlah pejabat AS mengatakan nantinya sebagian pasukan AS dari Somalia ini tidak akan langsung pulang, melainkan ditugaskan ke beberapa negara lain di Afrika.
 
Dalam beberapa bulan terakhir, Trump telah mengeluarkan perintah serupa untuk mengurangi jumlah pasukan AS di Irak dan Afghanistan. Trump sejak lama menyuarakan agar pasukan AS ditarik pulang, karena ia menilai intervensi militer AS di negara-negara lain terlalu menghabiskan biaya dan tidak efektif.
Baca:  Trump Tarik Pulang Pasukan AS di Suriah
 
Perintah penarikan mundur terbaru dari Trump bertentangan dengan kebijakan mantan menteri pertahanan Mark Esper yang dipecat bulan lalu. Esper menilai AS sebaiknya tetap mempertahankan pasukan di Somalia.
 
Kementerian Pertahanan AS atau Pentagon mengatakan, perintah penarikan sebagian besar personel dan aset militer dari Somalia pada awal 2021 tidak menandai perubahan dalam kebijakan Negeri Paman Sam.
 
"Kami akan terus melawan organisasi ekstremis yang dapat mengancam keamanan tanah air kita, dengan tetap memastikan keuntungan strategis kami dalam kompetisi kekuatan global," ujar Pentagon, dikutip dari laman BBC pada Sabtu, 5 Desember 2020.
 
Merespons kebijakan Trump, sejumlah pakar menilai penarikan pasukan AS dari Somalia dapat memperkuat kehadiran militan dan ekstremis di kawasan Horn of Africa.
 
Bulan lalu, sejumlah pengawas pemerintahan AS menentang rencana penarikan pasukan dari Somalia, dengan mengatakan bahwa pasukan lokal mungkin tidak akan mampu menghadapi ancaman militan tanpa bantuan dari Washington.
 
Beberapa pejabat dan anggota parlemen Somalia juga mengatakan, penarikan pasukan AS dari negara mereka dapat berujung bencana dan menguntungkan kelompok teroris.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News