()

Curang

02 April 2014 19:18
CURANG adalah sebuah tindakan yang dilakukan secara sengaja untuk melanggar aturan demi meraih keuntungan pribadi. Perbuatan curang melekat pada pribadi seseorang. Kalau karakternya adalah mau menang sendiri, maka orang tidak pernah malu untuk berbuat curang.
 
Pada kita kuat sekali kecenderungan untuk berbuat curang. Semua ini muncul karena kultur yang oportunis. Kita selalu ingin meraih keberhasilan, tetapi tidak mau melewati proses yang benar untuk mencapai tujuan itu.
 
Menjelang Pemilihan Umum 2014 ini kita semakin merasakan kebiasaan curang itu. Terutama para pemimpin mempertunjukkan secara telanjang perbuatan tercela itu. Dengan berpura-pura melakukan tugas kenegaraan, tetapi sebenarnya menghadiri kampanye terbuka.
 
Kritikan terhadap kecurangan itu sebenarnya mereka dengarkan. Namun itu tidak dijawab dengan mengubah tindakan, tetapi menjawabnya dengan dalih. Mereka melakukan pembenaran yang tidak bisa diterima secara logika. Bahkan ironisnya, mereka bisa kemudian berpidato untuk mengajarkan masyarakat tidak berbuat curang. Bagaimana masyarakatnya akan respek pada ucapan pemimpinnya, apabila tindakan yang dilakukan sendiri berbeda jauh dengan apa yang ia ucapkan.
 
Kultur untuk tidak berbuat curang harus benar-benar kita bangun dan tegakkan. Kalau kita ingin menjadi bangsa yang besar dan memiliki peradaban, maka kita harus menjauhkan sikap untuk berbuat curang.
 
Pendidikan untuk tidak curang harus dilakukan sejak usia dini. Sejak awal kita harus menanamkan kepada anak-anak kita untuk selalu berbuat benar. Kalau kita mau sukses dalam hidup ini, maka kita harus mau bekerja keras.
 
Tidak ada keberhasilan yang mudah untuk dicapai. Tidak ada pula jalan pintas untuk meraih keberhasilan. Semua itu harus melalui proses yang kadang panjang dan yang pasti melelahkan.
 
Hanya mereka yang mau bekerja lebih keras, bekerja lebih cerdas, dan pantang menyerah yang akhirnya akan berhasil. Kita harus menghormati mereka yang mencapai semua itu dan tidak boleh iri kepada mereka yang sudah melakukan itu semua.
 
Kalau kita ingin seperti mereka yang berhasil, maka kita harus mau bekerja lebih keras dari mereka. Hanya itulah jalan untuk menuju ke sana, tidak boleh ada yang lain. Kita harus menghindarkan dan tidak boleh melakukan perbuatan curang hanya untuk menjadi orang yang berhasil.
 
Mereka yang kini dipercaya menjadi pemimpin harus memberikan contoh hidup yang tidak curang itu. Tanggung jawab paling utama dari seorang pemimpin memberikan pendidikan yang benar kepada rakyat dan generasi mendatang.
 
Kita sungguh merasa prihatin karena begitu miskinnya teladan yang benar itu. Begitu banyak pemimpin yang bergelimang harta, bukan karena kerja keras, tetapi karena ia melakukan korupsi. Banyak pemimpin yang bangga mendapat kekuasaan, padahal kekuasaan itu didapat dengan menghalalkan segala cara.
 
Tidak usah heran apabila kehidupan bangsa ini penuh dengan kecurangan. Ibarat mata air, ketika hulunya keruh, maka jangan harap air di hilir akan bisa jernih. Ketika pemimpin di atas membenarkan kecurangan, maka tidak usah heran apabila rakyat paling bawah pun ikut-ikutan curang.
 
Kita harus bisa seperti bangsa lain yang mampu membangun peradabannya. Tidak perlu jauh-jauh lihat bagaimana bangsa Eropa bermain sepak bola. Mereka berlomba untuk mengasah keterampilannya agar menjadi juara, bukan dengan merekayasa kemenangan dengan menyogok wasit atau mengatur skor.
 
Bahkan di Inggris, pemain tidak berani untuk melakukan diving atau berpura-pura jatuh. Pemain yang melakukan kecurangan seperti itu, pasti akan dicemooh oleh penonton. Belum lagi wasit yang pasti akan menghukum, ketika ada seorang pemain mencoba melakukan kecurangan.
 
Semalam ketika Manchester United menjamu juara bertahan Bayern Muenchen, gelandang Bayern Bastian Schweinsteiger menjadi penyelamat bagi klubnya dengan mencetak gol balasan untuk membuat pertandingan berakhir imbang 1-1. Namun di menit ke-90, Schweinsteiger harus keluar lapangan karena kartu kuning kedua karena menjatuhkan Wayne Rooney.
 
Baik Schweinsteiger maupun Pelatih Pep Guardiola boleh tidak sepakat dengan keputusan wasit untuk mengusirnya ke luar lapangan. Namun mereka menghormati keputusan wasit dan tidak mencoba untuk membantahnya.
 
Sikap untuk berbesar hati menerima hasil pertandingan dan keputusan wasit merupakan cerminan dari perilaku yang menghormati aturan. Pertandingan itu bukan dilihat sebagai urusan hidup dan mati, tetapi hanya sebuah permainan. Ketika waktu menentukan hasil, maka kita harus menerimanya tanpa harus mencoba merekayasa. Itulah prinsip hidup yang mengutamakan aturan dan kebenaran, bukan menghalalkan kecurangan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Oase kampanye pemilu

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif