PART 11

7.1K 420 11
                                    

Selama perjalanan pulang, Lili asyik menghabiskan dua telur gulung seorang diri. Karena saat Lili menawarkan pada Felix, pria itu menolaknya. Hingga tak lama kemudian mereka sampai ke gedung apartemen.

Felix memarkirkan mobilnya, lalu mereka berjalan bersama menuju ke unit. Di dalam lift, Lili merasa kekenyangan dan mata mengantuk. Namun mencoba tetap membuka mata agar tidak ketiduran di dalam lift. Lili tak mau merepotkan Felix jika dia tidur, otomatis pria itu akan menggendongnya.

Lili tak mau Felix encok menggendong dirinya yang besar ini.

Ting!

Lift terbuka dan mereka sudah sampai lantai unit apartemen Felix. Lili mengekori Felix dari belakang, dengan mata menahan kantuk. Saat pintu terbuka, mata Lili yang sebelumnya terasa berat, terbuka lebar. Apalagi saat mendengar suara wanita di dalam apartemen.

"Sayang," suara manja wanita terdengar mengalun di panca indera Lili. Bibir Lili terbuka lebar saat melihat wanita berpakaian super seksi memeluk Felix.

"Tara," desis Felix, mendorong wanita itu.

"Aku kangen tahu, satu bulan kita gak ketemu loh," ujar Tara mendayu lalu melingkarkan tangannya di lengan Felix tanpa malu. Tara masih belum menyadari sosok Lili yang berdiri di ambang pintu.

"Untuk apa ke sini, pulanglah." Felix memijit keningnya. Sebelumnya Felix merasa lega saat wanita ini tak menemuinya dalam satu bulan ini.

"Selalu begitu, aku cuma kangen kamu. Kamu benar-benar gak berperasaan," lebay Tara. Padahal Tara tahu betul jika Felix sama sekali tak bisa bersikap manis padanya, meski mereka bertunangan.

"Pulang!" usir Felix dan mendorong Tara pergi.

"Aku gak mau," cebik Tara.

Hingga pandangan Tara terarah pada sosok Lili yang terdiam kaku.
"Siapa dia? Pembantu kamu?" Tara menatap Lili jijik. Memang Lili hanya memakai daster sederhana dengan rambut digelung asal. Sangat jauh dengan penampilan Tara yang terbuka.

Mata Felix membulat, kenapa dia lupa kalau ada Lili! Ini semua gara-gara Tara, kedatangannya membuat Felix kesal hingga lupa dengan keberadaan Lili.

"Bukan urusanmu. Li, pergi ke kamar," perintah Felix.

"A-apa?" Lili tergagap, Sejak tadi dia mengamati interaksi wanita seksi itu pada Felix. Dengan cara wanita itu memanggil Felix 'sayang', pasti ada suatu hubungan di antara mereka.

Dan kenapa rasanya sakit, membayangkan jika wanita itu adalah kekasih Felix.

"Pergi ke kamar!"

"Ah, iya." Buru-buru Lili pergi menuju ke kamarnya. Sayup-sayup Lili mendengar pertengkaran Felix dan Tara, sebelum suara itu menghilang ketika Lili menutup pintu kamarnya.

"Siapa dia? Gak mungkin dia selingkuhamu, 'kan?" sinis Tara seraya bersedekap dada.

"Aku selingkuh? Kita gak ada hubungan apa-apa, hingga kamu gak berhak menuduhku," sengit Felix.

"Felix!" pekik Tara kesal. "Sampai kapan kamu terus begini?! Terimalah kenyataan kalau kita ini tunangan. Jadi aku berhak atas kamu!"

"Tapi aku gak pernah menganggapmu. Sampai kapan kamu gak terima dengan kenyataan itu?!" Felix lelah, sampai kapan pun, Tara tak akan bisa berada di hatinya.

"Kamu harusnya menerima aku sebagai tunanganmu. Tanpa aku, Mamamu pasti sudah mati!"

"TARA!"

"Kenapa? Itulah kenyataannya. Aku yang menyelamatkan mamamu, harusnya kamu sadar itu," sinis Tara.

"Pergi."

"Baik, aku akan pergi. Ingat, sebentar lagi kita akan menikah. Dan aku harap, wanita jelek itu bukan selingkuhanmu." Tara mengambil tasnya. Senyum culas terukir di bibir Tara setelah pergi dari apartemen Felix.

Mamanya adalah kelemahan Felix. Tak hanya sekali atau dua kali Tara mengancam Felix dengan hal serupa. Tapi kenyatannya Felix tetap abai pada Tara, hingga membuat wanita seksi itu kesal.

****

Tara mengemudikan mobilnya menuju ke kediaman Mama Felix, Tante Mara. Sebelum keluar, Tara membuat wajahnya se-menyedihkan mungkin.

Tangan Tara mengepal erat. Felix sama sekali tak pernah memperbolehkan dirinya tinggal di apartemennya, meski dia memohon. Bahkan Mama Felix juga tidak pernah menginap di sana. Lalu apa yang dilihat tadi, Felix membiarkan wanita kusam itu berada di apartemennya! Dan tinggal bersama.

Tak akan Tara biarkan mereka memiliki hubungan.

Wanita seksi itu masuk ke rumah Mama Felix. Di dalam sana, Tara melihat Mara duduk tenang dengan tangan memegang majalah.

"Tante." Tara menghampiri Mara. Matanya berkaca-kaca dan menghambur memeluk Mara.

"Kenapa, Tara?" Mara menatap Tara heran.

Tara mendongakkan kepalanya hingga wajahnya yang penuh air mata palsu terlihat oleh Mara.
"Tante, kenapa rasanya sakit sekali, hiks. Felix sama sekali gak bisa nerima Tara."

Akting Tara memang patut diacungi jempol. Bahkan Mara saja percaya dengan kesedihan Tara yang dibuat-buat. Beda dengan Felix yang tahu segala sifat Tara, tak akan mempercayai wanita itu adalah wanita lemah lembut.

"Kamu sabar saja, Tante yakin Felix akan menerimamu." Mara merasa yakin, karena selama ini Felix tak pernah menggandeng perempuan lain. Dan bagi Mara, Tara adalah sosok yang pantas untuk sang putra.

"Tapi Tante, tadi aku ke sana, aku diusir gara-gara wanita di apartemennya. Hatiku sakit sekali. Tunanganku membawa wanita lain di apartemennya. Sedangkan aku, selalu diusir olehnya." Tara memperlihatkan wajah penuh kesakitan, seperti dikhianati oleh kekasihnya.

"Apa? Dia membawa wanita lain ke apartemennya?!"

"Iya, Tante. Dan, dan wanita itu memakai pakaian seksi. Pasti dia ingin menjerat Felix. Aku gak mau kehilangan Felix, Tante. Aku cinta sama dia."

"Tenang, Tara, gak usah menangis. Tante pastikan Felix akan bersamamu. Tante selalu ada di belakangmu," ujar Mara menenangkan. Mara tak melihat ada kilatan licik di mata Tara.

Felix, harusnya kamu sadar, Mamamu selalu ada dipihakku, kamu pasti gak akan bisa lepas dariku, batin Tara tersenyum lebar.

Tara tak tahu hubungan apa Felix dengan perempuan itu. Yang pasti tak ada wanita lain selain dirinya yang pantas. Felix tampan, anak tunggal, yang akan mewarisi perusahaan Lawrence Company. Menjadi istri pengusaha Lawrence, namanya akan menjadi terkenal. Selain menjadi model, dia akan dipuja-puja karena mendapatkan suami pewaris tunggal.

"Aku mencintai Felix, Tante. Dua tahun kita bertunangan, aku ingin hubunganku dengan Felix ada kemajuan," ujar Tara mengode Mara. Dalam artian, Tara ingin segera menjadi Nyonya Lawrence.

"Baiklah, Tante akan mengatakan pada Felix. Kalian memang harus menikah. Aku benci ada orang kedua dalam hubungan." Jika apa yang dikatakan Tara benar, kalau Felix menyimpan wanita diapartemennya, Mara akan bertindak.

Mara menyayangi Tara seperti anaknya sendiri. Tanpa Tara, mungkin saat ini dia tak berada di sini. Bagi Mara, pengorbanan Tara sebanding dengan menikahkan Felix bersama Tara.

Tara baik, cantik, anggun, itulah di mata Mara. Karena Mara belum mengenal Tara lebih jauh. Terlebih, orang tua Tara juga adalah teman sosialitanya.

"Makasih, Tante." Tara memeluk Mara.

"Sama-sama, Sayang. Kamu tenang saja, akan ada kabar baik untukmu."

Sepertinya Mara harus membahas tentang pernikahan Felix dengan Tara. Dua tahun bertunangan, sudah cukup bagi mereka untuk menikah.

....
15/09/22

(𝐛𝐮𝐤𝐚𝐧) 𝐂𝐢𝐧𝐭𝐚 𝐒𝐚𝐭𝐮 𝐌𝐚𝐥𝐚𝐦 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang