Selasa, 29 November 2022 09:21 WIB

Penyakit Cacing Pita

Responsive image
22319
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Karakteristik fisik wilayah tropik seperti Indonesia merupakan surga bagi kelangsungan hidup cacing parasitik yang ditunjang oleh pola hidup kesehatan masyarakatnya. Telah dibuktikan bahwa tingkat prevalensi kecacingan di Indonesia sampai dengan tahun 2015 masih sangat tinggi yaitu sebesar 50% cacing tambang dan 65% cacing gelang serta 35% cacing pita. Jenis cacing pita yang umum menginfeksi manusia di dunia adalah Taenia, Echinococcus, Diphyllobothrium, Hymenolepis, dan Dipylidium. Namun yang bersifat obligatory-cyclozoonoses adalah Taenia saginata, T. solium, dan T. saginata taiwanensis, karena hanya manusia sebagai inang definitif yang dapat terinfeksi cacing dewasa. Sedangkan cacing yang lain inang definitif utamanya adalah karnivora. Meski mudah diatasi, cacing pita bisa menyebar pada organ tubuh lainnya dan dapat menimbulkan masalah kesehatan serius. Cacing pita berbentuk pipih dan memiliki banyak ruas di tubuhnya. Cacing pita dewasa dapat tumbuh hingga sepanjang 3,5 meter. Cacing ini bisa bertahan di dalam usus manusia hingga 30 tahun tanpa disadari. Di dalam tubuh, cacing pita dewasa akan menghasilkan telur yang keluar bersama tinja. Seseorang dapat terkena penyakit ini jika terpapar kotoran yang mengandung cacing pita.

Penyebab Taeniasis

Taeniasis terjadi ketika telur atau larva cacing pita menginfeksi usus. Jenis cacing pita yang dapat menyebabkan taeniasis antara lain :

1.      Taenia saginata (saginata), yaitu cacing pita yang terdapat di daging sapi.

2.      Taenia solium (solium), yaitu cacing pita yang terdapat di daging babi.

3.      Taenia asiatica, yaitu cacing pita yang terdapat di daging sapi, tetapi hanya ada di Asia, seperti Indonesia, Korea Selatan, India, atau Thailand.

T. saginata dan T. asiatica lebih banyak ditemukan di daging sapi, tetapi juga dapat ditemukan pada daging babi, terutama di bagian hati.

Cacing pita bisa masuk ke dalam tubuh manusia melalui beberapa cara, yaitu :

1.      Konsumsi daging babi atau daging sapi yang tidak dimasak matang.

2.      Kontak dengan barang yang terkontaminasi telur cacing pita, terutama bila tidak mencuci tangan setelahnya.

3.      Konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi telur cacing pita.

4.      Tidak memakai alas kaki saat berjalan di tanah yang banyak terdapat kotoran sapi atau babi.

Faktor Risiko Taeniasis

Taeniasis dapat terjadi pada siapa saja. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang menderita taeniasis, yaitu :

1.      Tinggal di lingkungan dengan sanitasi yang buruk.

2.      Bepergian atau menetap di daerah yang penduduknya sering mengonsumsi daging babi atau sapi yang tidak dimasak matang.

3.      Bepergian atau menetap di daerah yang tidak memiliki peraturan mengenai keamanan daging sapi dan babi.

4.      Bepergian atau menetap di daerah di mana sapi dan babi dilepas secara bebas.

5.      Memiliki daya tahan tubuh lemah, misalnya karena menderita HIV/AIDS atau sedang menjalani kemoterapi.

Gejala Taeniasis

Umumnya, taeniasis tidak menimbulkan gejala. Namun, sebagian penderita dapat mengalami gejala ringan hingga sedang.

Taeniasis biasanya ditandai dengan keberadaan cacing pita yang keluar melalui tinja penderita.  Selain itu, ada beberapa gejala yang dapat muncul akibat infeksi cacing pita di usus, yaitu :

1.      Mual

2.      Lemah

3.      Hilang nafsu makan

4.      Diare

5.      Sakit perut

6.      Keinginan mengonsumsi makanan yang asin

7.      Berat badan menurun akibat gangguan dalam penyerapan makanan

8.      Pusing

Beberapa penderita taeniasis juga dapat mengalami iritasi di area sekitar anus. Hal ini karena anus merupakan tempat keluarnya telur cacing dan cacing pita dewasa.

Kapan Harus ke Dokter

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika mengalami gejala di atas, terutama jika menemukan sesuatu yang terlihat seperti cacing pita pada tinja Anda.

Pemeriksaan Taeniasis

Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik yang diikuti dengan pemeriksaan lanjutan, seperti :

1.      Pemeriksaan feses, untuk memeriksa keberadaan telur atau bagian tubuh cacing pita di tinja.

2.      Tes darah, untuk melihat antibodi yang bereaksi terhadap infeksi cacing pita.

3.      Pemindaian dengan USG, foto Rontgen, CT scan, atau MRI, untuk mengidentifikasi infeksi cacing pita yang berat.

Penanganan Taeniasis

Pengobatan taeniasis bertujuan untuk menghentikan perkembangbiakan cacing, mencegah komplikasi, dan mencegah penularan kepada orang lain.

Untuk membunuh cacing pita dan mengeluarkannya dari dalam tubuh, dokter akan memberikan obat antihelmintik. Pada pasien dengan komplikasi berat, obat-obatan tersebut perlu digunakan dalam jangka panjang.

Selain obat antihelmintik, dokter juga dapat memberikan obat kortikosteroid untuk mengatasi peradangan akibat komplikasi taeniasis.

Untuk memastikan efektivitas pengobatan, dokter akan menganjurkan pemeriksaan feses setelah pengobatan selesai. Jika telur, larva, atau bagian tubuh cacing pita sudah tidak ada di dalam tubuh, maka pengobatan dinilai berhasil.

Jika infeksi taeniasis meluas ke organ lain, seperti hati, paru-paru, atau mata, dokter akan melakukan tindakan bedah. Tindakan bedah juga dilakukan apabila taeniasis menyebabkan penyumbatan pada saluran cerna.

Pencegahan Taeniasis

Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah taeniasis, yaitu :

1.      Hindari konsumsi daging yang tidak dimasak matang.

2.      Cuci semua buah dan sayuran dengan bersih sebelum dikonsumsi.

3.      Masak bahan makanan sampai benar-benar matang.

4.      Bawalah hewan peliharaan yang terinfeksi cacing pita ke dokter hewan.

5.      Cuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah mengolah makanan, sebelum makan, serta setelah menggunakan toilet.

 

Referensi :

Elok Budi Retnani. 2014. Taeniasis dan Cysticercosis, Penyakit Zoonosis yang Kurang Dikenal oleh Masyarakat di Indonesia. Jurnal Penelitian Sekolah Paska Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Sandy, S., et al. 2019. Seroepidemiology of Taeniasis in the Land of Papua. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 15(1), pp. 22-8.

Centers for Disease Control and Prevention. 2020. Parasites - Taeniasis.

National Health Service UK. 2020. Health A to Z. Worms in Humans.

National Institutes of Health. 2019. Medline. Tapeworm Infection - Beef or Pork.

World Health Organization. 2021. Taeniasis / Cysticercosis.

Mayo Clinic. 2021. Diseases & Conditions. Tapeworm Infection.

Dunken, M. WebMD. 2021. Tapeworms in Humans.

Pearson, R. MSD Manual. 2020. Taenia asiatica (Asian Tapeworm) Infection.

Tengsupakul, S. Medscape. 2018. Taenia Infection.