"Kalau dilihat dari kondisinya itu disebabkan karena limbah organik, kan di situ banyak nelayan. Jadi seperti limbah rajungan, ikan dan lainnya. Kemudian bercampur juga dengan limbah rumah tangga," kata aktivis lingkungan selaku Ketua Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) Kabupaten Cirebon Deddy Madjmoe kepada detikcom, Kamis (28/11/2019).
Menurut Deddy, kejadian berubahnya warna air sungai tersebut sering terjadi dalam kurun waktu lima tahunan. Setiap kemarau, lanjut dia, warna air Sungai Ciberes menjadi pink.
Ia berharap masyarakat dan pemerintah bergerak bersama mencari solusi terkait pencemaran lingkungan di Sungai Ciberes. Padahal, menurut Deddy, Sungai Ciberes merupakan salah satu kawasan yang dapat mempercantik wilayah. Harusnya, Sungai Ciberes bisa dimanfaatkan untuk pertanian dan sebagainya.
"Semua harus tergerak, masyarakat, pemerintah desa, kabupaten dan dinas terkait. Mari kita cari solusi bersama," ujar Deddy.
Sebelumnya, aktivitas warga Desa Gebang Kulon, Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon, yang berada di sekitar sungai terganggu. Selain kondisinya yang berbau dan berwarna merah muda, Sungai Ciberes juga tercemar sampah rumah tangga.
"Kondisi seperti ini sudah seminggu. Warnanya pink. Dampaknya ini selain bau, sumur-sumur sekitar warga juga ikut tercemar," kata Kepala Desa Gebang Kulon Andi Subandi. (bbn/bbn)